GERAKAN IKHWANUL MUSLIMIN

GERAKAN IKHWANUL MUSLIMIN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Afrika
Dosen Pengampu: Terry Irenewaty. M.Hum

 









Disusun Oleh:
KELOMPOK 13
1.      Didin Harianto                      (09406244001)
2.      Arawinda                               (09406244003)


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT Sang pemilik segala ilmu yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik. Makalah ini berjudul  Gerakan Ikhwanul Muslimin.
Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sejarah Afrika, yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca sesuai dengan judul yang dibahas.
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Ibu Terry Irenewaty. M.Hum selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini;
2.      Kedua orang tua yang telah memberi spirit dalam perkuliahan ini; serta
3.      Teman-teman Pendidikan Sejarah NR 2009 yang telah memberikan semangat.
            Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Pada akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, 29 Oktober 2011

                                                                                                            Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik.
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna sebagai ketua, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930.
Kami dari tim penulis membuat makalah mengenai Gerakan Ikhwanul Muslimin selain sebagai tugas mata kuliah sejarah Afrika juga karena rasa ketertariakan kami sebagai seorang manusia, mengenai peristiwa yang melatar belakangi dan pengaruh Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir.

B.     Rumusan Masala
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya yaitu:
1.      Apa yang melatar belakangi lahirnya gerakan ikhwanul muslimin di Mesir?
2.      Bagaimana pengaruh dari terjadinya gerakan ikhwanul muslimin di Mesir?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.      Untuk mengetahui latar belakang berdirinya gerakan ikhwanul muslimin di Mesir.
2.      Untuk mengetahui pengaruh dari gerakan ikhwanul muslimin di Mesir.























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Lahirnya Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada bulan Maret 1928 dengan Hassan al-Banna, dan keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar dari Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan dalam sebuah Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September 1930. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun ini juga, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
Pada awal berdirinya, tahun 1941 Gerakan Ikhwanul Muslimin mempunyai mempunyai anggota 100 orang, hasil pilihan langsung Ustadz Al Hasan Al-Bana sendiri. Tahun 1948 ikhwan turut serta turut serta dalam perang Palestina. Mereka masuk dalam angkatan perang khusus. Peristiwa ini telah direkam secara rinci oleh ustadz Kamil Syarif dalam bukunya ‘Al-Ikhwan al-Muslimin fi Harbi Falasthin’. Sosok Albana yang cerdas, ikhlas, namun tetap memilih jalan perjuangan dengan kesederhanaannya, hal ini banyak menarik hati rakyat Mesir. Siapa pun yang diajaknya bicara selalu terkenang dengan kebersihan hati beliau yang memancar dari kedua matanya yang jernih dan senyumnya yang tulus. Albana selalu mengajak orang-orang yang ditemuinya untuk kembali ke jalan Islam yang lurus, untuk kembali ke jalan dakwah Rasulullah SAW yang hanya menggantungkan hidup dan kehidupan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Berkenaan dengan da’wah Ikhwanul Muslimin, Hasan al-Banna mengatakan “Gerakan Ikhwan adalah da’wah salafiyah, tharigah, haqiqah shufiyyah, lembaga politik, klub olah raga, lembaga ilmiah dan kebudayaan, perserikatan ekonomi dan pemikiran sosial”. Dakwah Ikhwan pun berkembang luas dan merekrut banyak kader di berbagai kota di Mesir. Ciri dari gerakan ikhwanul Muslimin adalah:
1.      Jauh dari sumber pertentangan
2.      Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan
3.      Jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik
4.      Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah
5.      Lebih mengutamakan aspek amaliyah produktif dari pada propaganda dan reklame
6.      Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda
7.      Cepat tersebar di kampung-kampung dan di kota-kota.
Pada tahun 1933, kantor Ikhwanul Muslimin dipindahkan dari Ismailiyah ke Kairo. Penekanan dakwah yang dilakukan Ikhwan adalah memakmurkan masjid-masjid, menghidupkan pembinaan (usrah) dalam arti sebenarnya dan hanya untuk menegakkan Islam dalam dada para anggotanya, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, perpustakaan-perpustakaan, dan pusat-pusat kegiatan sosial di Mesir. Model dakwah Islam yang dilakukan Ikhwan ini selalu membantu dan meringankan kehidupan rakyat Mesir yang saat itu masih banyak yang kesusahan dalam arti sebenarnya. Hasan al-Banna membagi tahapan berda’wah menjadi tiga tahap yaitu pengenalan, pembentukan, pelaksanaan. Selain menanamkan ruhiyah umat dengan tauhid yang benar, wala wal baro’ yang lurus, Ikhwan lewat Albana juga merintis usaha perekonomian kerakyatan yang banyak membantu kesulitan hidup rakyat Mesir kebanyakan. Inilah kiprah Albana yang mampu membuat gebrakan baru yang belum pernah dilakukan oleh para ulama besar di Al-Azhar saat itu.
Pada masa itu, banyak dari orang-orang Mesir di Kairo yang alergi dengan nilai-nilai Islam. Barat dengan segala hal yang sesungguhnya merusak dianggap sebagai peradaban yang jauh lebih maju ketimbang Islam. Islam dipinggirkan dan dianggap sebagai agama yang jumud. Albana dengan Ikhwannya meluruskan anggapan yang keliru ini dengan tulus dan cinta. Umat tidak dicekoki dengan berbagai materi-materi tarbiyah yang nyeleneh, yang haq dinyatakan haq sedangkan yang bathil dikatakan bathil, jadi tidak pernah Ikhwan dan Albana “mengusap-usap” sesuatu yang makruh menjadi al-haq. Ketegasan Ikhwan seperti inilah yang membuatnya beda dan menarik hati ratusan ribu hingga jutaan umat Islam yang ada.

B.     Pengaruh Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir
Pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk sebuah divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna. Gerakan Ikhwanul muslimin yang beralih ke Kairo lalu menyebar ke berbagai pelosok dan kota di mesir dan mempunyai cabang lebih dari 3000 dengan anggota tiap cabang yang cukup banyak. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
Pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah. Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Pada Rezim Hosni Mubarak Ikhwanul Muslimin juga mendapat tekanan, dimana ikhwanul mendududki posisi sebagai oposisi di parlemen di Mesir.
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia. Orientasi gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir ingin mengubah rakyat Mesir yang tadinya alergi terhadap Islam dan menderita "minderwaardigheit-complex", perasaan minder karena beragama Islam, menjadi umat yang bangga dengan Islam. Strategi awal adalah memberi kejernihan dalam makna syahadat yang merupakan gerbang utama dalam berIslam. “Tiada Tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad adalah Rasulullah SAW!” Inilah Islam yang sejati. Jadi tiada tuhan-tuhan yang lain selain Allah SWT.
Cita-cita besar gerakan Ikhwan di Mesir adalah mengubah masyarakat Mesir secara menyeluruh kepada masyarakat yang berlandaskan Syariah Islam. Dengan tegas Ikhwan selalu mengatakan dengan memperjuangkan Syariah Islam dan tidak pernah malu-malu atau ragu untuk mengatakan hal itu. Dalam waktu singkat, gerakan Ikhwan pun mendapat kader yang cukup banyak. Sehingga pada tahun 1936 mendapat perhatian khusus dari penguasa Mesir ketika itu. Seperti halnya Rasulullah SAW yang dalam mendakwahkan Islam banyak mengirim surat kepada raja-raja di Jazirah Arab untuk menerima Islam secara utuh dan membuang tradisi-tradisi yang tidak baik, Hasan Albana pun tanpa ragu dan tetap dengan santun namun tegas mengirimkan berbagai surat seruan kepada Raja Faruk dan para menterinya untuk sadar dan mau membuang undang-undang Barat yang sekuler dan menggantinya dengan Undang-Undang Islam, yakni kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Albana juga menyerukan agar semua pemimpin dan pejabat Mesir bisa mencontohkan hidup yang baik kepada rakyatnya seperti tidak hidup bermewah-mewahan (apalagi atas fasilitas negara yang sebenarnya merupakan uang rakyat) di tengah lautan kemiskinan dan kesulitan hidup rakyatnya, mengharamkan pergaulan bebas, mengharamkan berjudi dalam segala bentuknya, menghentikan segala acara yang dianggap mubazir dan foya-foya seperti yang ditampilkan di berbagai klub malam dan panggung hiburan, dan menegakkan sholat (jadi bukan hanya mengerjakan sholat). Selain itu, dalam suratnya, Albana juga menyerukan agar para pejabat negara mulai membiasakan berbahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an menggantikan bahasa Ingris dan Perancis yang saat itu biasa dilakukan para pejabat dalam acara-acara kenegaraan, menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Islam dan tidak memasukkan anak-anak Mesir ke sekolah-sekolah Barat yang secara akidah akan bisa sangat merusak. Saat itu, surat seruan ini sangat menggemparkan Mesir. Banyak pejabat Mesir yang tidak suka karena mereka telah terbiasa hidup mewah dari fasilitas negara, namun rakyat kebanyakan sangat mendukung karena menganggap tugas dari para pejabat negara dan alat-alat negara lainnya adalah melayani umat, bukan umat yang harus jadi pelayan atau bahkan sapi perah bagi para pejabat tersebut. Politik sesungguhnya adalah cara untuk mengIslamkan negara, bukan sebaliknya, Islam dijadikan sekadar alat politik untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi yang sangat murah.
Salah satu sentral perhatian Ikhwan di Mesir adalah pembinaan terhadap generasi muda. Hassan Al-Banna amat menekankan pentingnya sektor ini. Kepada penguasa, tanpa lelah Hassan Al-Banna menyerukan agar kurikulum di sekolah-sekolah Mesir direkonstruksi kembali, terutama dalam materi keagamaan, moral, dan juga sejarah Dunia Islam. Albana juga menegaskan jika materi pengajaran di sekolah-sekolah haruslah dibersihkan dari paham materialistik. Dakwah Ihkwan di Mesir meluas hingga ke berbagai negara dan benua. Dengan tegas Albana berkata: “Kita tidak akan berdiam diri dan merasa senang atau berhenti selagi Qur'an belum benar-benar menjadi perlembagaan negara. Kita akan hidup untuk mencapai tujuan ini atau mati karenanya" Al-Qur’an adalah undang-undang dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal bernegara. Tidak pernah sekali pun prinsip-prinsip Islam dikorbankan demi menggapai suatu hal yang bersifat duniawi.



















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Ikhwanul Muslimin adalah sebuah gerakan Islam kontemporer yang cukup berpengaruh. Gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna (1908-1948) pada tahun 1928 di Mesir dengan tujuan mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Gerakan Ikhwanul muslimin mempunyai cita-cita yang besar yaitu ingin mengubah masyarakat Mesir secara menyeluruh kepada masyarakat yang semata berlandaskan Syariah Islam. Pemikiran Islam yang dikembangkan oleh al-Banna tentang Islam integral (din wa daulah) mampu mempengaruhi beberapa gerakan Islam di belahan dunia Islam lainnya. Pengaruh pemikiran yang terwujud dalam gerakan sosial dan politik ini termanifestasikan menjadi gerakan Islam yang beragam, mulai gerakan yang moderat hingga yang radikal sekali pun. Bebarapa gerakan Islam dan partai politik yang mengadopsi pemikiran Ikhwanul Muslimin ini antara lain Partai AKP di Turki, Hammas di Palestina, Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia, Angkatan Belia Muslim di Malaysia dan beberapa gerakan sosial di Timur Tengah maupun di Amerika Serikat dan Eropa.







DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. 1997. Ikhwanul muslimin. Jakarta: Gema Insani Press.
www.religiousbackgrounds.net/Senin/28 November/2011/Jam 15.30

www.al-ikhwan.net/al-ikhwan/Senin/28 November/2011/Jam 15.30

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU