CERITA FIKSI MAJALAH DAN PERILAKU WANITA KOTA

Nama               :DIDIN HARIANTO
Jurusan            :PENDIDIKAN SEJARAH
NIM                :09406244001
Mata Kuliah    :SEJARAH INDONESIA MASA PERGERAKAN NASIONAL
Dosen              :Prof. Dr. H. Haikal, MA
                         Dr. Aman,M.Pd
                         Dyah Kumalasari, M.Pd


Judul                           : CERITA FIKSI MAJALAH DAN PERILAKU WANITA KOTA
Pengarang                   : Redyanto Noor
Penerbit                       :Fakultas Sastra Universitas Diponegoro
Tahun  Terbit               :1998
Tebal Halaman            : 11 Halaman
Jenis                            :Kajian Sastra
Keunggulan
Dalam kajian sastra yang menceritkan sejarah populernya cerita fiksi di kalangan wanita dan mengenai Cerita Majalah dan Perilaku Wanita Kota Mengisahkan mengenai cerita fiksi yang mempunyai fungsi yang hakiki, yaitu berguna dan menyenangkan secara khusus mempunyai fungsi sosial, kultural, dan edukatif. Dalam penghayatan cerita fiksi mempunyai fungsi secara akumulatif berpengaruh besar terhadap cara pandang pembacanya, karena cerita fiksi yang baik dapat menciptakan pandangan dunia, terbukti dengan cerita fiksi mampu memberi inspirasi terjadinya perubahan/pergeseran sosial, politik, tradisi, budaya, atau peristiwa-peristiwa lain. Dengan membaca cerita fiksi akan memperkaya pengalaman batin/ rohani bagi pembacanya.
Kelemahan
Dalam Kajian Sastra yang menceritakan mengenai sejarah populernya cerita fiksi ini lebih membahasa peranan wanita sebagai seorang penulis dalam cerita fiksi, sehingga lebih menyoroti kehidupan wanita dalam kota. Dalam Cerita Fiksi Majalah dan Perilaku Kota ini banyak menceritaka kehidupan seorang penulis cerita fiksi yang penulisnya adalah perempuan semua yang kebayakan adalah seorang ibu rumah tangga dan wanita muda yang berpendidikan.
Isi
            Dalam kajian Sastra yang mengambil judul mengenai Cerita Fiksi Majalah dan perilaku Wanita Kota ini menceritakan mengenai sejarah dari perkembangan dari cerita fiksi pada awalnya yang kurang diminati tetapi setelah itu cerita fiksi di Indonesia menunjukan perkembangan yang beraneka ragam. Dari segi produksi menurut Teeuw, mengalami peningkatan, pada awalnya cerita fiksi hanya dimuat sebagai cerita pendek, munculnya sejumlah besar pengarang wanita. Dari segi penerbita atau penyebaran menunjukan beberapa majalah yang semula enggan memuat cerita fiksi mulai mengubah pandangan dan menerbitkan majalah yang ada cerita fiksinya karena cerita fiksi dianggap penting untuk di konsumsi. Selain itu diadakan sayembara penulisan cerita fiksi secara berkala sehingga menyebabkan mnculnya beerapa pengarang cerita fiksi baru dari sayembara. Membaca cerita fiksi di kota dianggap sebagai kegiatan mengisi waktu luang. Semakin banyaknya wanita yang bekerja membutuhkan bacaan hiburan di waktu senggang.
Cerita fiksi mempunyai fungsi fungsi yang hakiki yaitu menyenangkan dan mempunya fungsi secara akumulatif yang berpengaruh terhadap cara pandang pembacanya, karena cerita fiksi yang baik dapat menciptakan pandangan dunia. Menurut Cawelti, untuk mengkaji fungsi-fungsi cerita fiksi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu pertama, impact or effect theories. Kedua, deterministic theories, dan ketiga, smbolic or reflective theories. Cerita fiksi bisa menjadi strategi untuk memperjuangkan hasrat-hasrat kejiwaan atau cita-cita suatu kelompok sosial. Suatu penelitian berupa tesis berjudul “Gambaran Umum Tokoh Utama dan Keselarasan Empat Novel Indonesia Terlaris 1980-1990; Kabut Sutera Ungu, Ketika Cinta Harus Memilih, Takdir, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat, berhasil mengidentifikasikan ciri-ciri fisik dan mental tokoh utama yang digemari dan diidamkan itu sesuai dengan persepsi dan aspirasi pembaca terhadap kegemaran membaca cerita fiksi, maka dapat dikatakan bahwa cerita fiksi sangat besar pengaruhnya bagi sikap sifat, perilaku, serta cara dan gaya hidup masyarakat sehari-hari.
Kegemaran membaca cerita fiksi umumnya didasari oleh motivasi tertentu; mengisi waktu luang, mencari identitas diri, mengikuti arus trend, dan memperkaya pengalaman batin (Supardi Djoko Damono: “bimbingan”) (Noor,1994:9). Sesungguhnya empat maca motivasi itu tidak mutlak berbeda apabila dikaitkan dengan pemerolehan fungsi kegemaran membaca cerita fiksi. Keempatnya mempunyai nilai manfaat memperkaya pengalaman batin atau rohani bagi pembacanya. Pengayaan pengalaman rohani dan pengembangan sikap sosial wanita kota tidak sepenuhnya diperoleh melalui aktivitas kerohanian semacam kebaktian, pengajian, ceramah keagamaan, dan sebagainya. Tradisi kebutuhan membaca cerita fiksi itu menyakinkan bahwa ada nilai-nilai tertentu yang ingin dicari dan dimanfaatkanoleh pembaca.Diskripsi ciri-ciri fisik, sikap mental, dan latar belakang sosial tokoh yang diidam-idamkan pembaca wanita, yang sesuai dengan aspirasi mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh (Noor, 1994) berhasil mendiskripsikan gambaran umum tokoh utama (wanita) empat novel Indonesia Terlaris 1980-1990, yang pada mulanya dimuat sebagai cerita fiksi bersambung majalah.Kekaguman pembaca terhadap tokoh utama empat novel terlaris itu terbukti dengan dicetak ulangnya novel itu antara 6-8 kali dalam sepuluh tahun, meskipun sebelumnya sudah dimuat dalam majalah. Bahka untuk keinginan pembaca akan di filmkan agar memperoleh gambaran lebih kongkret. Gambaran ciri-ciri fisik dan mental yang tak selaras itu, yang lebih menonjolkan ciri-ciri positif pada segi fisik, mungkin dapat dipahami lebih jelas apabila dikaitkan dengan konteks sosial.
Kesimpulan

Dalam pembuktian secara analitis tentang pemerolehan fungsi kegemaran membaca cerita fiksi majalah bagi pengayaan rohani dan perkembangan sikap sosial wanita kota. Kegemaran membaca cerita fiksi itu karena adanya motivasi seperti mengisi waktu luang, mencari identitas diri, mengikuti arus trend, dan memperkaya pengalaman batin. Wanita merupakan merupaka seorang pendidik dasar utama keluarga, dan melahirkan generasi selanjutnya. Dengan membaca cerita fiksi akan memperoleh banyak manfaat seperti menambah pengetahuan rohani dan siakp sosial seorang wanita kota. Kesadaran bagi produsen cerita fiksi bahwa cerita fiksi yang dikarang aka mempengaruhi pembaca, sehingga produsen harus mempertimbangakan nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita fiksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU