JEPANG PADA PERANG DUNIA II
JEPANG PADA PERANG DUNIA II
DIDIN HARIANTO
PENDIDIKAN
SEJARAH
09406244001
A.
PENDAHULUAN
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa
disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar
negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua
aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Perang ini
merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta
personil. Dalam keadaan "perang total," pihak yang terlibat mengerahkan
seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha
perang, menghapus perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari
tujuh puluh juta orang, mayoritas warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang
Dunia II sebagai konflik paling mematikan dalam sejarah manusia.
Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan dimulai saat Jerman menginvasi Polandia pada
tanggal 1 September 1939, dan berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara
resmi PD II berakhir ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese
Instrument of Surrender di atas kapal USS Missouri pada
tanggal 2 September 1945, 6 tahun setelah perang dimulai.Perang Dunia II
berkecamuk di tiga benua tua; yaitu Afrika, Asia dan Eropa. Berikut adalah data
pertempuran-pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua.
B.
SEBAB JEPANG TERLIBAT PERANG DUNIA II
Jepang
pada masa pemerintahan keluarga tokugawa yang dikenal dengan pemerintahan
tangan besi dan bersifat feodal melakukan politik isolasi dan akhirnya berhasil
dipatahkan oleh Commodore Perry dengan adanya Perjanjian Kanagawa pada tanggal
13 Maret 1854. Pada tanggal 8 November 1867 shogun meletakan jabatan dan menyerahkan
kembali kekuasaan kepada kaisar. Delapan bulan sebelum shogun terakhir
meletakan jabatan, Kaisar Komei meninggal pada 3 Februari 1867 kemuadian di
gantikan oleh Kaisar Meiji. Dengan demikian berakhirlah pemerintahan keluarga Tokugawa
yang telah berlangsung selama 2,5 abad lamanya.
Secara
resmi mutsuhito (Kaisar Meiji) memengang pemerintahan dari 25 Januari 1868
sampai dengan 30 Juli 1912. Meiji Tenno memindahkan pusat pemerintahannya dari
Kyoto ke Edo yang kemudian namanya diubah menjadi Tokyo yang berarti “ibu kota
di timur”[1].
Selanjutnya, sejak 1868 di mulailah pembangunan Jepang yang dikenal dengan nama
Restorasi Meiji[2].
Dengan demikian inti restorasi Meiji adalah pemulihan kekuasaan politik dari
keluarga Tokugawa kepada Kaisar dan modernisasi. Pada masa Meiji ini kita dapat
melihat dengan jelas mengenai kedudukan dan fungsi kaisar. Dalam Konstitusi
ternyata bahwa :
1. Kaisar
adalah sumber segala kekuasaan.
2. Real
power (kekuasaan riil/praktis) dijalankan badan-badan pemerintah atas nama
kaisar.
3. Kedudukan
Kaisar adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat[3].
Tenno
Meiji meninggal dalam tahun 1912, kemudian digantikan oleh puteranya sampai
tahun 1926 dengan gelar Tenno Taishi. Akan tetapi Tenno yang baru ini dalam
memegang tampuk pemerintahan tidak secakap ayahnya, dan tahun 1926 digantikan
oleh putra mahkota Hirohito dengan gelar Tenno Heika dengan masa Pemerintahan
Showa.
Pada masa
pemerintahan Showa (Kaisar Hirohito) inilah yang menyeret Jepang ke dalam
Perang Dunia II. Sebab Jepang bercita-cita untuk membentuk Negara Asia Timur
Raya yang diilhami oleh ajaran Shinto tentang Hakko Ichi-u (dunia sebagai satu
keluarga – di bawah pimpinan jepang). Memang dalam Konstitusi Kekaisaran Jepang
Raya yang diundangkan pada tanggal 11 Februari 1889, yang berlaku sampai Perang
Dunia II, antara lain menyebutkan bahwa Dari Nippon Teikkoku (Negara Kekaisaran
Jepang Raya) dikuasai oleh Kaisar[4].
Dalam Konstitusi juga disebutkan bahwa kekuasaan kaisar adalah suci dan tidak
dapat diganggu gugat. Konstitusi juga menentukan kaitan Kaisar dengan militer,
misalnya, pasal 11 : Kaisar memegang jabatan tertinggi atas Angkatan Darat dan
Angkatan Laut. Pasal 13 menyebutkan bahwa Kaisar menyatakan perang, membuat
perdamaian dan mebuat perjanjian-perjanjian[5].
Dari cita-cita
Jepang yang ingin mendirikan negara Asia Timur raya dan berambisi besar untuk
menggantikan kedudukan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa kulit putih.
Cita-cita yang tinggi memaksa Jepang harus melibatkan diri dalam kancah
peperangan di pasifik. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan Jepang
bercita-cita untuk membentuk Negara Asia Timur Raya adalah sebagai berikut :
a. Jepang
insyaf benar akan panggilannya untuk menjadi pemimpin Asia.
b. Jepang
merasa dirinya kuat untuk berhadapan dengan kekuatan Barat yang terbesar di
Asia.
c. Kemajuan
industri dan perdagangan yang pesat, memaksa Jepang harus secepatnya mencari
daerah-daerah Asia sebagai tempat pasaran hasil industri dan pengambilan bahan
mentah.
d. Kepadatan
penduduk yang semakin pesat perkembangannya, merupakan masalah sulit yang harus
dipecahkan.
Untuk
merealisasikan cita-citanya, Jepang melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Mebentuk
Pact Anti Commintern pada 1936 yang beranggotakan Jepang, Jerman, Italia,
Hongaria, Manchukuo dan Spanyol.
b. Membentuk
Pact Poros pada tahun 1940, sebab setelah Jepang berhasil merebut Indochina
dari tangan Perancis pada tahun 1940, maka Jepang segera mengadakan perjanjian
dengan Jerman dan Italia.
c. Mengadakan
perjanjian netral dengan Rusia (neutrality Pact) tahun 1941, maksudya
perjanjian ini untuk tidak saling menyerang[6].
C.
PERANG PASIFIK
Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sesudah pertikaian di Eropa.
Jepang telah menginvasi Cina pada tahun 1931[7]. Jauh
sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1 Maret 1932 Jepang
mendirikan negara boneka manchukuo, dengan Henry Pu Yi bekas kaisar Hsuan T’ung
di Cina diangkat menjadi Presiden Manchuria pada tanggal 9 maret 1934, Henry Pu
Yi dinobatkan menjadi Kaisar Manchukuo.
Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak
diterbitkan (rahasia) pada Mei 1940 yang mengijinkan personel militer
AS untuk mundur dari tugas sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi
terselubung di Cina sebagai "American
Volunteer Group" (AVG) (juga dikenal sebagai Harimau
Terbang Chennault). Selama tujuh bulan, kelompok
Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang,
menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi Jepang terhadap
Burma. Dengan adanya tindakan Amerika Serikat dan negara lainnya yang memotong ekspor
ke Jepang, maka Jepang merencanakan serangan terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 tanpa peringatan deklarasi perang;
sehingga mengakibatkan kerusakan parah pada Armada Pasifik Amerika. Hari berikutnya, pasukan
Jepang tiba di Hong Kong, yang
kemudian menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di
bulan itu.
Pada 1940, Jepang menduduki Indocina Perancis
(kini Vietnam) sesuai
persetujuan dengan Pemerintahan Vichy meskipun secara lokal terdapat
kekuatan Pembebasan Perancis (Forces
Françaises Libres/FFL), dan bergabung dengan kekuatan Poros Jerman serta Italia. Aksi ini menguatkan konflik Jepang
dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi dengan memboikot kiriman minyak terhadap Jepang.
Pada 8 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh
Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan
angkatan laut AS terbesar di Pasifik[8].
Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan
tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang. Bersamaan dengan
serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah
serangan ini, Jepang menginvasi Filipina dan koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud selanjutnya menguasai
ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih luas lagi,
jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di
Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai
salah satu kekalahan dan sejarah yang paling memalukan bagi Britania.
Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali
dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura,
Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang
merupakan daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik
tersebut sebagai taktik gurita yang
bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung
dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang
berkedudukan di Bandung[9].
Serangan-serangan itu mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya
Australia dan Belanda.
Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya
memindahkan basis pertahanannya ke Australia meskipun demikian Sekutu masih
mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia Belanda agar tidak membuat Hindia
Belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini. Jepang mengadakan serangan
laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan
Februari-Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan armada gabungan
yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada
Gabungan sekutu kalah dan Karel Doorman gugur.
Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang
akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka, kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis
pertahanan Lembang-Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat
pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam. Sementara di front Jawa Timur,
tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga
kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.
Terancamnya kota Bandung yang
menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat panglima Hindia Belanda Letnan
Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan
perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang
dipimpin oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan
pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada
Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia
Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu posisi Panglima tertinggi angkatan
perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral namun diserahkan
kepada Ter Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap bahwa kedudukan di
Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah Jepang mengancam akan
mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten setuju untuk menyerah tanpa
syarat kepada Jepang.
Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, Papua Nugini digagalkan
oleh pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby
berhasil, Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini
merupakan perlawanan pertama yang berhasil terhadap rencana Jepang dan
pertarungan laut pertama yang hanya menggunakan kapal induk. Berkat
pengintaian dengan kapal selam dan terbukanya kode telegram Jepang, sebelum
tanggal 17 April laksamana Chester Nimitz yang menjadi pucuk pimpinan armada
Amerika di Pasifik dan selama pertempuran selalu berkedudukan di Hawaii, sudah
dapat menerka dengan pasti, bahwa tujuan Jepang ialah pendaratan di Port
Moresby dan Tulagi[10].
Pertempuran ini menyebabkan Jepang kehilangan empat kapal induk yang
industri Jepang tidak dapat menggantikannya, sementara Angkatan Laut AS
kehilangan satu kapal induk. Kemenangan
besar buat AS ini menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.
Namun, dalam bulan Juli penyerangan
darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang
bertemu dengan pasukan cadangan Australia, banyak dari mereka masih muda dan
tak terlatih, menjalankan aksi perang dengan keras kepala menjaga garis
belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika Utara, Yunani dan Timur Tengah.
Para pemimpin Sekutu telah setuju
mengalahkan Nazi Jerman adalah
prioritas utama masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan
Australia mulai menyerang wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal, melawan tentara Jepang yang getir
dan bertahan kukuh. Pada bulan Mei 1942 Jepang telah berhasil menguasai Pulau
Tulagi di Kepulauan Solomon. Tindakan berikutnya ialah mendarat di
Guadacanal,di mana mereka segera membuat lapangan udara. Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika Serikat dengan
11.000 marinir di waktu malam yang tak dapat diduga dan dapat dicegah Jepang[11]. Pada akhir
Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal, sebuah
serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan Australia
dalam Teluk Milne, dan
pasukan darat Jepang menderita kekalahan meyakinkan yang pertama. Di
Guadalcanal, pertahanan Jepang runtuh pada Februari 1943.
Pasukan Australia and AS melancarkan
kampanye yang panjang untuk merebut kembali bagian yang diduduki oleh Pasukan
Jepang di Kepulauan Solomon, New Guinea dan Hindia Belanda, dan mengalami
beberapa perlawanan paling sengit selama perang. Seluruh Kepulauan Solomon
direbut kembali pada tahun 1943, New Britain dan New Ireland pada tahun 1944.
Pada saat Filipina sedang
direbut kembali pada akhir tahun 1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk,
yang disebut sebagai perang laut terbesar sepanjang
sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye Borneo pertengahan tahun 1945, yang
ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan Jepang di Asia Tenggara, dan
menyelamatkan tawanan perang Sekutu.
Kapal selam dan
pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal dagang Jepang, yang menyebabkan
industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan baku industri sendiri merupakan
salah satu alasan Jepang memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin efektif
setelah Marinir AS merebut
pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.Pemerintahan Kuomintang meluas
sampai ke Manchuria maka tercetus peristiwa Manchuria[12].Tentara
Nasionalis Cina (Kuomintang) dibawah
pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara Komunis Cina dibawah Mao Zedong, keduanya
sama-sama menentang pendudukan Jepang terhadap Cina, tetapi tidak pernah
benar-benar bersekutu untuk melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah
lama terjadi jauh sebelum Perang Dunia II dimulai, yang terus berlanjut, sampai
batasan tertentu selama perang, walaupun lebih tidak kelihatan.
Pasukan Jepang telah merebut
sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang digunakan oleh Sekutu untuk
memasok Tentara Nasionalis Cina. Hal ini menyebabkan Sekutu harus menyusun
suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal sebagai
"flying the Hump". Divisi-divisi Cina yang
dipimpin dan dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara
AS, membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan
Jalan Burma. Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini
berperang sampai terhenti di perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang
dikenal sebagai "Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang
kemudian melancarkan serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang
terkenal dan bahkan dijadikan acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun
1945-1949. Setelah merebut kembali seluruh Burma, serangan direncanakan ke
semenanjung Malaya ketika perang berakhir.
Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang berada
dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Diantara kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana
dalam penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di
seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk
yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada
rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay"
yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets, Jr. melepaskan
satu bom atom Little
Boy di Hiroshima, yang
secara efektif menghancurkan kota tersebut.
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang
terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta, dan
melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945,pesawat bomber jenis Boeing B-29 Superfortress "Bock's Car" yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.
Kombinasi antara penggunaan bom atom
dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab
menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi
perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom pertama dilepaskan.
Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menandatangani surat penyerahan
pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.
D.
PENUTUP
Jepang mulai
terlibat dalam perang pada masa kekaisaran Hirohito karena Jepang bercita-cita
untuk membentuk Negara Asia Timur Raya yang diilhami oleh ajaran Shinto tentang
Hakko Ichi-u dan berambisi besar untuk menggantikan kedudukan bangsa-bangsa
Asia dari penjajahan bangsa kulit putih. Jepang terlibat perang pasifik dengan
Amerika. Berakhirnya Perang Dunia II di tandainya penyerahan tanpa syarat
Jepang kepada Amerika serikat pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo, karena
kota Nagasaki dan Hirosima di bom atom oleh Amerika.
E.
DAPTAR PUSTAKA
·
Suryohadiprojo, sayidiman.1982.Manusia dan Masyarakat Jepang dalam
Perjuangan Hidup.Tokyo : Universitas Indonesia Press dan Pustaka
Bradjaguna.
·
Martinah PW. 1973.Sejarah Jepang, Ringkasan dari The History of Japan,karya K.S.
Latourette. Yogyakarta : FKIS-IKIP Yogyakarta.
·
I Ketut Suradjaja.1984.Pergerakan Demokrasi Jepang.Jakarta :
PT. Karya Uni Press.
·
Leo Agung S.2006.Sejarah Asia Timur 2.Surakarta : Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNS dan UNS Press.
·
Jansen, Marius B. 1983. Jepang Selama Dua Abad Perubahan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
·
Wakaba, Royal.1989.Jepang Dewasa Ini. Japan : International Sosiety For Educational.
·
P.K. Ojong.2001.Perang Pasifik. Jakarta : Kompas.
[1] Royal Wakaba, Jepang Dewasa Ini,
International Society For Educational Information, 1989,hal.11.
[2]
Sayidiman Suryohadiprojo, Manusia dan
Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup, Universitas Indonesia Press dan
Pustaka Bradjaguna,1992,hal.56.
[3] Martinah PW, Sejarah
Jepang, Ringkasan dari The History of Japan,karya K.S. Latourette. FKIS-IKIP
Yogyakarta,1973,hal.23.
[4] I Ketut
Suradjaja, Pergerakan Demokrasi Jepang. PT. Karya Uni Press,1984,hal.153.
[5] Ibid,hal.154.
[6] Leo Agung S,
Sejarah Asia Timur 2, Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS dan UNS
Press,2006,hal.99-100.
[7] Marius B.
Janse, Jepang Selama Dua Abad Perubahan,Gadjah Mada Universty
Press,1983,hal.67.
[8] P.K. Ojong,
Perang Pasifik,Kompas,2001,hal 1.
[9] Ibid,hal.11.
[10] Ibid,hal.33.
[12] Ibid,hal.65.
Komentar
Posting Komentar