MUSEUM SATRIA MANDALA
Disusun guna memenuhi tugas Laporan KKL III
Dosen Pembimbing : Dyah Kumalasari,
M.Pd
Kelompok
5 :
1.
Didin Harianto (09406244001)
2.
Ageng Sanjaya (09406244006)
3.
Ika Fatmawati (09406244013)
4.
Adi Mulyawan (09406244026)
5.
Ika Hendrawati (09406244040)
PENDIDIKAN SEJARAH/B
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, hidayah, serta inayahnya yang tercurah kepada kami sehingga kami dapat menyusun laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul “Museum Satria Mandala” Sholawat dan salam tidak lupa kami tujukan kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW yang senantiasa kita tunggu pertolongannya pada Yaumul
Akhir.
Penulisan laporan ini disusun sebagai salah satu tugas Mata kuliah KKL III. Dengan laporan ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai perjuangan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan keerdekaan Indonesia, dan laporan ini kami susun berdasarkan berbagai literatur yang kami baca dan sumber dari
lapangan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan hasil Kuliah Kerja Lapangan II ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kakurangan
dalam penyusunan ini, maka dari itu kami memohon masukan-masukan yang
konstruktif demi perbaikan selanjutnya. Demikian yang bisa kami sampaikan
kurang lebihnya kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.
Yogyakarta, januari 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki sebuah museum, bayangan pertama kita langsung melompat ke masa
lalu. Masa-masa yang sebagian generasi tidak pernah mengalaminya. Itulah fungsi
dari sebuah museum, menyampaikan dan menginformasikan kepada generasi
mendatang, bahwa peristiwa-peristiwa penting telah terjadi sebelum zamannya
tiba. Museum Satria Mandala di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Museum Satria
Mandala adalah museum sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia yang
terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Museum yang diresmikan
pada tahun 1972
oleh mantan Presiden Indonesia, Soeharto
awalnya adalah rumah dari salah satu istri mantan presiden pertama Indonesia,
Ir. Soekarno,
yaitu Ratna Sari Dewi Soekarno
yang dialihfungsikan.[1]
Perjuangan bangsa Indonesia dengan TNI sebagai intinya, berjuang secara
bahu membahu dalam suasana kebersamaan. Dalam perjalanan sejarah dapat
disarikan bahwa sejarah perjuangan nasional termasuk didalam sejarah TNI
mempunyai peran penting dalam meningkatkan jiwa dan semangat serta memperkuat
jati diri bangsa dalam mencapai tujuan nasional. Karena dengan belajar sejarah
masyarakat bangsa diharapkan mampu bersikap serta bertindak arif dan bijaksana
dalam menghadapi masa depan. Oleh karenanya minat prajurit dan masyarakat untuk
memahami dan menempatkan kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa harus
ditumbuhkembangkan. Museum-museum, monumen, dan perpustakaan di lingkungan
Pusjarah TNI, menyajikan peninggalan sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
khususnya sejarah perjuangan TNI dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi
kemerdekaan melalui diorama-diorama.
Museum Satria mandala menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Yang di dalamnya terdapat Gedung Waspada Purbawisesa
yang menyajikan diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat
dalam menumpas gerombolan separatis DI/TII. Selanjutnya penyajian diorama
tentang peristiwa pemberontakan G30S/PKI terhadap NKRI terdapat di Monumen
Pancasila Sakti. Selain itu koleksi-koleksi sumber tertulis, seperti buku-buku
dan majalah-majalah yang berkaitan dengan sejarah perjuangan TNI tersedia di
Perpustakaan TNI. Melalui museum-museum, monumen, dan perpustakaan, masyarakat
akan memahami perjuangan bangsa Indonesia khususnya sejarah perjuangan TNI dan
sekaligus menumbuhkan motivasi untuk meneladani semangat juang para pahlawan
bangsa. Sebagai seorang manusia yang memiliki rasa keingin tahuan yang besar
mengenai sejarah perjuangan nasional dimana yang didalamnya terdapat sejarah
TNI maka kami mengunjungi Museum Satria Mandala untuk bisa melihat dan mencari
informasi mengenai sejarah perjuangan TNI dalam berjuang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Selain itu dengan mengunjungi Museum Satria Mandala kita
bisa mempelajari sejarah yang terjadi pada masa lampau melalui koleksi-koleksi
yang berada di Museum Satria Mandala, selain itu kita bisa terinspirasi dari
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dan membuat kita bisa menghargai
kemerdekaan ini dengan mengisinya dengan hal-hal positif untuk kemajuan
Indonesia karena kemerdekaan yang di peroleh ini merupakan hasil perjuangan
yang sangat berat dan memerlukan waktu yang lama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah kami mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut ini:
1. Bagaimana
sejarah berdirinya Museum Satria Mandala?
2. Apa
saja koleksi yang dimiliki Museum Satria Mandala?
3. Apa
makna dari koleksi yang berada di Museum Satria Mandala?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin
dicapai penulis dalam kunjungannya ke Museum Satria Mandala adalah :
1. Untuk
mengetahui sejarah berdirinya Museum Satria Mandala.
2. Untuk
mengetahui koleksi yang dimiliki Museum Satria Mandala.
3. Untuk
mengetahui makna dari koleksi yang berada di Museum Satria Mandala.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Museum Satria Mandala
Museum pusat
ABRI merupakan gedung yang besar dan megah. Gedung ini dahulu bernama Wisma
Yaso, terletak di Jln. Gatot Subroto, Jakarta Selatan dan dibangun pada
tahun 1960. Semula gedung ini merupakan tempat kediaman Nyonya Ratna Sari Dewi
Sukarno, salah satu isteri Presiden Sukarno. Gagasan untuk mendirikan museum
ABRI dicetuskan oleh Kepala Pusat Sejarah ABRI saat itu, Drs. Nugroho
Notosusanto. Pembangunannya dimulai sejak 15 November 1971, dan baru selesai pada
tahun 1979, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5 Oktober 1972.
Museum Satria Mandala berada di dalam lingkungan Pusjarah TNI dan menampilkan
secara visual tahapan-tahapan perjuangan rakyat Indonesia.
Tujuan didirikannya museum untuk
mengabadikan peristiwa-peristiwa bersejarah dari perjuangan bangsa Indonesia
yang berintikan TNI/ABRI sejak Proklamasi 1945 yang berisi sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, khususnya sejarah perjuangan TNI dalam merebut, mempertahankan, dan
mengisi kemerdekaan, serta menyimpan dan memamerkan benda-benda peninggalan
yang memiliki aspek Hankam/ABRI. Satria Mandala berasal dari bahasa Sanskerta
yang artinya lingkungan keramat para ksatria. Museum Satria Mandala
memiliki berbagai koleksi, seperti naskah, miniatur, diorama, foto dokumentasi,
senjata dan peralatan ABRI. Di museum ini juga dipamerkan berbagai replika
kapal perang serta alat-alat yang dipergunakan pada operasi TNI-AL, misalnya
KRI Pattimura yang berjasa di dalam operasi Jaya Wijaya di perairan Irian Jaya,
Operasi Cakra I & II, dan kapal KRI Macam Tutul. Kelompok pesawat terbang
yang dipamerkan adalah dalam bentuk asli, antara lain AT-16 Harvard dari Amerika
Serikat (AS), B-25 J. Mitchel yang pernah dipakai dalam penumpasan
pemberontakan Andi Aziz di Ujung Pandang, RMS, DI/TII, PRRI/Permesta serta
Trikora dan Dwikora; P-51 Mustang yang terkenal dengan sebutan Cocor Merah
karena selongsong baling-balingnya berwarna merah; RI 001 Seulawah yang setelah
selesai tugas militer dihibahkan kepada Garuda Indonesia Airways; Helikopter
MI-4. Museum Satria Mandala memiliki beberapa ruangan yang dipergunakan untuk
menyimpan benda-benda peninggalan, yaitu Ruang Panji, Ruang Jenderal Soedirman,
Ruang Jenderal Oerip Soemoharjo[2].
B. Ruang Koleksi Museum Satria Mandala
Museum Satria Mandala ini menyimpan
benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan TNI dari tahun 1945
sampai sekarang yang berisi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya sejarah
perjuangan TNI dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.
Di halaman depan museum bisa kita lihat koleksi helikopter, rudal, tank dan
radar anti pesawat. Stuart tank dengan spesifikasi dan sejarahnya : Jenis :
kendaraan tempur / panjang 4,52 meter, lebar 2,24 meter, tinggi 2,64 meter /
isi 4 orang ; buatan : USA / model M 3A3 / kecepatan : 50 km / jam /
persenjataan : 1 meriam mitraliur 37 mm, 1 mitraliur 30 coax, 1 mitraliur 30
haluan, 1 mitraliur PSU, 1 mortir asap 11 cm / dengan sejarahnya ; 1949 :
diterima dari Pemerintah Belanda, 1950 : digunakan untuk penumpasan RMS,
1950-1965 : penumpasan DI/TII di Jabar-Jateng dan Aceh, 1958 : penumpasan PRRI
Permesta, 1965 : penumpasan G 30 S PKI dan 1973 : diabadikan.[3]
Museum Satria Mandala dilihat dari depan dengan
bendera merah putih diujung atas tiang yang diapit oleh dua buah artileri
pertahanan udara. Halaman depan Museum Satria Mandala ini sangat luas dan
dinaungi oleh pepohonan yang rindang. Koleksi yang pertama
kita jumpai adalah konsep teks proklamasi yang di tulis tangan dan di tanda
tangani oleh Ir Sukarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kemudian
memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa dan perjuangan TNI,
berjumlah 74 diorama perjuangan TNI bersama-sama rakyat dalam menumpas
gerombolan separatis DI/TII. Selanjutnya penyajian diorama tentang peristiwa
pemberontakan G30S/PKI terhadap NKRI terdapat di Monumen Pancasila Sakti.
Setelah itu kita akan masuk ke ruagan jendral-jendral besar dan koleksinya.
Diantaranya ruangan Jendral Sudirman, salah satu koleksinya tandu yang di pakai
waktu memimpin Perang Gerilya serta pakaian, senjata dan lain-lain. Jenderal
Soedirman memimpin gerilya selama delapan bulan antara tahun 1948-1949, dengan
menempuh jarak sekitar 1000 km di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ruang Jenderal
Oerip Soemoharjo yang berisi mengenai pakaia, senjata-senjata yang di
pergunakan Jenderal Oerip Soemoharjo dan lain-lain.
Di bagian
belakang Museum Satria Mandala ada sebuah ruangan yang menyimpan patung-patung
mantan petinggi TNI, termasuk patung Jenderal Sudirman pada foto di atas yang
terbuat dari perunggu. Dan koleksi terbaru ruangan jendral
adalah tentang H.M Soeharto, jendral besar dan mantan presiden RI ke-2 yang
fenomenal[4].
Selain itu museum ini juga menyimpan
berbagai berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan TNI seperti aneka
senjata berat maupun ringan, atribut ketentaraan, panji-panji dan
lambang-lambang di lingkungan TNI. Selain itu koleksi-koleksi sumber
tertulis, seperti buku-buku dan majalah-majalah yang berkaitan dengan sejarah
perjuangan TNI tersedia di Perpustakaan TNI dan di museum ini
dipamerkan juga tandu yang dipergunakan untuk mengusung Panglima Besar Jenderal
Soedirman saat beliau bergerilya dalam keadaan sakit melawan pendudukan kembali
Belanda pada era 1940-an. Ada juga kendaraan perang seperti panser dan tank,
ambulan, sedan yang pernah menjadi sasaran tembak dan mobil jeep milik Jendral
Soedirman yang merupakan koleksi terbaru museum.[5]
Masing-masing ruangan di Museum TNI ini mempunyai koleksi-koleksi sendiri.
Penataan koleksi Museum Pusat TNI “Satria Mandala” adalah sebagai berikut:
1. Pintu
Masuk
Museum
Satria Mandala dilihat dari depan dengan bendera merah putih diujung atas tiang
yang diapit oleh dua buah artileri pertahanan udara. Halaman depan Museum
Satria Mandala ini sangat luas dan dinaungi oleh pepohonan yang rindang.
Koleksi pertama yang kita jumpai ketika memasuki pintu pertama adalah konsep
teks proklamasi yang ditulis tangan dan di tanda tangani oleh Bung Karno dan
Muhammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Selain itu juga terdapat panji-panji
kebesaran TNI dari Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angakatan Darat, dan
Kepolisian Republik Indonesia.
2. Ruang
Diorama
Kemudian
memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa dan perjuangan TNI,
berjumlah 74 diorama. Ada banyak diorama yang menceritakan peristiwa-peristiwa
seputar perjuangan rakyat Indonesia dalam masa perang kemerdekaan.
Menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara Nasional Indonesia (TNI). Yang
di dalamnya terdapat Gedung Waspada Purbawisesa yang menyajikan diorama yang
menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat dalam menumpas gerombolan
separatis DI/TII. Diorama yang menggambarkan peristiwa proklamasi 17 Agustus
1945. Peristiwa ini berlangsung pada pukul 10.00 WIB dan bertempatan di Jalan
Pegangsaan Timur 56. Ir. Soekarno didampingi dengan Moh. Hatta membacakan teks
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran
bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya. Lanjut ke ruangan diorama II
yang isinya kurang lebih sama dengan ruangan diorama. Di ruangan ini, terdapat
diorama yang menggambarkan perebutan Pangkalan Udara Bugis Malang. Perisitwa
ini terjadi pada tanggal 18 September 1945. Jadi sejarahnya pangkalan udara
Bugis diserbu dan berhasil diduduki oleh rakyat.[6]
3.
Ruangan Jendral Besar
a. Ruangan
Jendral Soedirman
Mengenai sejarah singkat kehidupan Panglima Besar
Soedirman, beliau lahir pada tanggal 24 Januari 1946 di dukuh Rembang,
Purbalingga. Sejak bayi diambil sebagai anak oleh Tjokrosunaryo, seorang
pensiuanan Wedana. Dalam usia 7 tahun Soedirman memasuki HIS ( Hollands
Inlandsche School = SD ) Negeri Cilacap. Menurut beberapa sumber, setelah lulus
dari HIS, Sudirman kemudian masuk ke Taman Dewasa (SLTP di Taman Siswa).[7] Tahun
1932 Ia masuk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs = SMP) Wiworo Tomo. Pada
masa pendudukan Jepang, tahun 1944 Ia mengikuti latihan PETA (Pembela Tanah
Air) angkatan kedua di Bogor. Sesudah itu ia diangkat menjadi Daidanco
(Komandan Batalyon) yang berkedudukan di Kroya, Banyumas. Ia tetap berada di
Kroya waktu kemerdekaan Indonesia diproklamerkan. Sebagai ketua BKR (Badan
Keamanan Rakyat) Karesidenan Banyumas dimulailah usahanya merebut kekuasaan
dari tangan Jepang. Dengan dibentuknya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka
secara otomatis BKR Banyumas meleburkan diri ke dalamnya. Soedirman diangkat
menjadi Komandan Divisi V (daerah Banyumas) . Serangan umum yang dilancarkan
Soedirman pada tanggal 12 Desember 1945, membuahkan kemenangan di dalam
pertempuran Ambarawa melawan pasukan serikat. Atas kemenangan tersebut
Pemerintah melantik Soedriman sebagai Panglima Besar pada tanggal 18 Desember
1945 dengan pangkat Jenderal. Ketika Belanda melancarkan agresinya yang kedua
tanggal 19 Desember 1948 dalam keadaaan sakit Jenderal Soedirman masih tetap
berjuang bersama anak buahnya dengan ditandu. Selama itu pula Belanda tak bisa
menangkap Jenderal Soedirman dengan semboyan perjuangannya,” Sanggup
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia yang telah
diproklamerkan pada tanggal 17 Agustus 1945,” selain itu juga ada sebuah kursi
tandu koleksi Museum Satria Mandala, yang digunakan untuk mengangkut Jenderal
Soedirman ketika bergerilya melawan tentara Belanda semasa perang kemerdekaan.
Jenderal Soedirman memimpin gerilya selama delapan bulan antara tahun
1948-1949, dengan menempuh jarak sekitar 1000 km di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
b. Ruangan
Jendral Urip Sumoharjo.
Adalah tokoh
yang berjasa dalam membangun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Perannya dalam
membentuk angkatan perang yang kuat dan modern untuk melindungi bangsa
Indonesia cukup sentral. Karena itu bersama jendral Soederman, Jendral Urip
Sumoharjo sebagai Bapak Angkatan Perang Republik Indonesia.
4. Ruang Tanda Jasa
Pada ruang tanda jasa ini berisi
mengenai mendali-mendali penghargaan yang di berikan kepada orang yang berjasa
membela negara Indonesia. Selain itu juga berisi mengenai berbagai jenis
bintang, lencana lengkap dengan pakaian yang pernah di gunakan pada zaman
dahulu yang dipergunakan oleh TNI.
5.
Ruangan Senjata
Di ruangan ini terdapat senjata-senjata
dari era 1945-1949 dan senjata-senjata era 1950-sekarang. Ada senapan mesin,
pelontar granat, meriam lapangan, dan persenjataan berat dan ringan lainnya.
Ada sederet senapan AK-47 dan senapan M-16 di dalam lemari kaca. AK-47 adalah
senapan serbu yang diproduksi oleh Negara Rusia dan sangat populer di dunia
karena mudah dioperasikan di berbagai medan tempur. Sementara senapan M-16
adalah senapan produksi Amerika Serikat yang walaupun lebih ringan dari AK-47,
namun lebih rumit digunakan. Kedua jenis senapan ini digunakan oleh Tentara
Nasional Indonesia dalam berbagai pertempuran. Di ruang senjata ada juga miniatur
tank. Miniatur Tank Scorpion atau FV101 Scorpion yang merupakan tank buatan
Inggris. Tank jenis ini merupakan kendaraan militer yang cepat, tangkas dan
dapat dibawa dengan pesawat udara. Terbuat dari bahan utama aluminium dan
dipersenjatai dengan senjata meriam 76mm. Model awal menggunakan mesin (bensin)
Jaguar 4.2 liter dan dapat berjalan dengan kecepatan 76 km/jam. Jenis terakhir
menggunakan mesin diesel.
Ada banyak jenis pesawat yang dapat
dilihat di Taman. Salah satunya adalah pesawat P-51 Mustang buatan Amerika
Serikat yang dijuluki Si Kuda Liar atau Si Cocor Merah. Pesawat ini merupakan
pesawat yang banyak dipakai pada masa Perang Dunia II. Di lingkungan TNI-AU, si
Cocor Merah telah melahirkan sejumlah penerbang hebat seperti Marsekal TNI
Ramli dan Marsda TNI Leo Wattimena. Banyak jasa yang telah diberikan oleh Si
Cocor Merah, berupa dukungan pasukan darat, laut dalam berbagai operasi.
Beberapa operasi udara yang pernah dilakukan oleh pesawat P-51 Mustang ini
adalah Operasi Tegas di Sumatera tahun 1955 dalam penumpasan separatis
PRRI/Permesta. Kemudian ada Operasi Sambar Kilat di Kalimantan Barat 1966 dalam
menumpas G-30/PKI yang menamakan dirinya PGRS/Paraku. Ada pula Operasi Trikora
di Irian Barat dalam rangka membebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda.
Dalam Operasi Trikora ini disiapkan tujuh pesawat P-51 Mustang sebagai unsur
serang pertahanan udara.
Pada awal tahun 1970-an pesawat P-51
Mustang ini dinyatakan grounded, dikarenakan usianya yang sudah tua, dan
sukucadangnya yang langka. Pesawat ini pernah menunjukkan kebolehannya dalam
demonstrasi terbang lintas, bersama-sama pesawat masa itu pada peringatan Hari
ABRI tahun 1985 di Kemayoran, Jakarta. Sekitar 20 tahun masa pengabdianya di
AURI, pesawat ini telah banyak mewarnai sejarah dan perjuangan TNI AU dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pertahanan udara di wilayah NKRI. Selain si Cocor
Merah, ada juga pesawat anti kapal selam atau juga dapat disebut Fairy Gannet.
Pesawat ini sangat khas, pertama karena sosoknya yang terlihat tambun dan
kedua, Gannet punya dua bilah baling-baling yang sejajar di bagian hidung. Dua
bilah baling-baling ini berputar saling berlawanan arah. Masuknya pesawat AKS
jenis Ganet ke jajaran TNI-AL diawali dengan kontrak pembelian pesawat Gannet
tipe AS-4 dan T-5 oleh KSAL dengan pihak Fairey Aviation Ltd (Inggris) pada
tanggal 27 Januari 1959 di Jakarta. Sebagai pesawat AKS, Gannet dirancang untuk
bisa beroperasi dari landasan kapal induk, untuk itu sayap Gannet dapat dilipat
dan untuk pendaratan dilengkapi pengait. Gannet yang dirancang pasca perang
dunia kedua (1955) dioperasikan oleh empat negara, yakni Inggris, Indonesia,
Australia dan Jerman. TNI-AL sendiri menempatkan satuan Gannet dalam skadron
100 AKS sebagai bagian dari kampanye operasi Trikora. Untuk ’mengganyang’ kapal
selam musuh, Gannet dibekali kemampuan membawa dua unit torpedo yang
ditempatkan dalam bomb bay. Serta tak ketinggalan peluncur roket dibawah kedua
sayap. Namun disebabkan insiden jatuhnya beberapa Gannet, pesawat ini tak
dioperasikan dalam waktu lama karena sistem avionik yang kurang baik. Alhasil
nasib Gannet keburu di grounded di semua negara. Jejak rekam sejarah pesawat
tambun dengan tiga awak ini bisa dijumpai sebagai monumen di museum Satria Mandala,
Jakarta dan Lanunal Juanda, Surabaya.
C.
Makna
dari koleksi yang berada di Museum Satria Mandala
1. Museum
Satria Mandala dilihat dari depan dengan bendera merah putih diujung atas tiang
yang diapit oleh dua buah artileri pertahanan udara. Halaman depan Museum
Satria Mandala ini sangat luas dan dinaungi oleh pepohonan yang rindang.
2.
Ruang Koleksi pertama yang kita
jumpai ketika memasuki pintu pertama adalah konsep teks proklamasi yang ditulis
tangan dan di tanda tangani oleh Bung Karno dan Muhammad Hatta atas nama bangsa
Indonesia.
Maksud dari isi koleksi
di ruang ini adalah berisi teks proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai pertanda
dari puncak kemerdekaan atau cikal bakal
dari segala perjuangan dan tolak ukur pencapaian kemerdekaan bangsa Indonesia
pada masa itu. Teks proklamasi juga bermakna untuk mengingatkan kepada kita
sebagai bangsa Indonesia agar tetap terus memperjuangkan bangsanya hingga saat
ini untuk bangun dari keterpurukan yang semakin menggerogoti bangsa Indonesia. Kemudian
memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa dan perjuangan TNI,
berjumlah 74 diorama.
Makna dari ruang yang
menggambarkan peristiwa dan perjuangan TNI ini yaitu agar kita bisa mengingat,
mencontoh dan meneladani hal-hal yang diperjuangkan para pahlawan kita dahulu
dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan ideologi pancasila dari
rong-rongan komunis yang ingin mengganti menjadi ideologi komunis dan
menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.
Seharusnya kita bisa
meneladani sifat dan sikap kepahlawanannya untuk memerangi keburukan dan
masalah-masalah yang sedang melanda negara ini dari penjajah-penjajah negri
sendiri yang ingin menghancurkan bangsanya sendiri hanya demi kekuasaan dan
kekayaan.
3. Ruangan
jendral Besar
a. Ruang
jendral Sudirman
Menceritakan
tentang perjuangan jendral Sudirman dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
dari penjajah yang ingin masuk dan menjajah lagi bangsa Indonesia. Disini
banyak koleksi-koleksi yang dulu dipergunakan oleh jendral Sudirman dalam
perjuangannya, seperti pakaian, persenjataannya seperti keris dll, tandu
jendral sudirman yang dahulu dipergunakan untuk menandu jendral sudirman untuk
memimpin bergerilya dalam melawan penjajah saat beliau sakit.
b. Ruang
Jenderal
Oerip Soemoharjo
Isi
koleksi dan makna hampir sama dengan ruang jendral sudirman, sedikit hal yang
berbeda urip sumoharjo merupakan tokoh yang mempunyai banyak ide-ide untuk
membentuk suatu angkatan perang agar bisa melindungi negara Indonesia.
c. Di bagian
belakang Museum Satria Mandala ada sebuah ruangan yang menyimpan patung-patung
mantan petinggi TNI, termasuk patung Jenderal Sudirman pada foto di atas yang
terbuat dari perunggu.
4. Ruang
Tanda Jasa
Untuk
mengetahui jasa-jasa dan pengorbanan para pahlawan kita. Selain itu juga
bermakna agar kita mengetahui tanda-tanda pangkat seperti lencana, tanda
bintang dll untuk pengetahuan umum kita tentang kemiliteran.
5. Ruang
Senjata dan alat transportasi
Berbagai jenis persenjataan dan alat transportasi
yang digunakan TNI untuk keperluan berperang baik dari buatan dalam negri dan
luar negri. Dari senjata-senjata tersebut kita bisa menapak tilas perjuangan
TNI dalam mengangkat senjata melawan penjajah. Dari adanya ruang ini diharapkan
kita bisa terinspirasi untuk membuat atau menciptakan persenjataan baru dan
alat transportasi baru seperti pesawat perang dll yang lebih canggih untuk
tetap menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum
Satria Mandala merupakan rumah dari salah satu istri mantan presiden pertama
Indonesia, Ir. Soekarno,
yaitu Ratna Sari Dewi Soekarno
yang dialihfungsikan menjadi museum dan diresmikan pada tahun 1972
oleh mantan Presiden Indonesia, Soeharto.
Dalam
perjalanan sejarah dapat disarikan bahwa sejarah perjuangan nasional termasuk
didalam sejarah TNI mempunyai peran penting dalam meningkatkan jiwa dan semangat
serta memperkuat jati diri bangsa dalam mencapai tujuan nasional. Karena dengan
belajar sejarah masyarakat bangsa diharapkan mampu bersikap serta bertindak
arif dan bijaksana dalam menghadapi masa depan sehingga dengan mengunjungi
sebuah museum di antaranya adalam Museum Satria Mandala yang merupakan Museum
yang berada dalam lingkungan Pusjarah TNI, menyajikan peninggalan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, khususnya sejarah perjuangan TNI dalam merebut,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan melalui diorama-diorama sehingga kita
bisa membayangkan peristiwa yang terjadi dahulu dengan melihat diorama.
Museum
Satria Mandala terdiri dari beberapa ruang yaitu pada pintu masuk ada museum
akan tampak koleksi berupa naskah proklamasi kemerdekaan dan panji-panji
kebesaran yang dimiliki oleh TNI dari berbagai angkatan. Dalam ruang
selanjutnya akan kita temukan ruang diorama yang mengisahkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Mempertahankan Kemerdekaan dan mengisi
kemerdekaan. Selanjutnya adalah ruangan Jenderal Besar Suedirman yang
koleksinya berupa pakaian, senjata dan tandu yang pernah di pakai oleh Jenderal
Suedirman dalam perang geriliya menghadapi Belanda yang mau masuk kembali ke
Indonesia untuk menjajah Indonesia kembali. Selanjutnya ada ruangan Jenderal Oerip
Soemoharjo yang merupakan wakil dari Jenderal Suedirman. Koleksi yang terdapat
dalam ruangan ini hampir sama seperti ruangan Jenderal Suedirman dimana
koleksinya merupakan pakaian, senjata yang pernah di pergunakan oleh Jenderal Oerip
Soemoharjo dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan. Setelah itu lanjut ke
ruang yang menampilkan foto-foto dari panglima-panglima tinggi yang pernah
memimpin TNI. Setelah itu akan menemui ruang tanda jasa yang koleksinya berupa
tanda-tanda penghargaan yang di berikan kepada oran-orang yang berjasa membela
negara. Selanjutnya adalah ruang perjataan yang terdiri dari persenjataan berat
dan ringan yang pernah di pergunakan oleh ABRI dalam memperjuangkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang di pamerkan di dalam ruangan Museum
Satria Mandala dan di taman di luar.
B.
Saran
Laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, karena terbatasnya kemampuan penyusun. Oleh
karena itu, diharapkan pada semua pihak untuk memberikan saran,
bimbingan, serta kritik untuk
perbaikan dalam penyusunan laporan selanjutnya.
Kritik akan sangat bermanfaat guna memperbaiki penulisan sebuah laporan agar lebih sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik maupun secara non akademik.
Daftar Pustaka
Sardiman.
2000. Jenderal Sudirman: Kader Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Pustaka
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Adicita Karya Nusa.
Dinas
Sejarah TNI, Sejarah TNI 1945, Peranan TNI AD, Bandung: Sejarah TNI AD, 1979.
http://stardio.wordpress.com/travel/sejarah-tak-usang-dimakan-zaman/Selasa 7 Februari 2012 /13.12
http://www.mlancong.com/wisata-sejarah/wisata-museum/118-museum-satria-mandala.html diakses tanggal
6 Februari 2012
http://www.facebook.com/notes/naoko-nemoto-ratna-sari-dewi-soekarno/museum-satria-mandala/137945626259947 diakses tanggal
6 Februari 2012
http://www.iftfishing.com/city/featured/wisata/sejarah/museum-satria-mandala diakses tanggal
6 Februari 2012.
http://www.museumindonesia.com/museum/47/1/Museum_Satriamandala_Jakarta_12710 diakses 6
Februari 2012.
[1]
http://stardio.wordpress.com/travel/sejarah-tak-usang-dimakan-zaman/Selasa
7 Februari 2012 /13.12
[3]http://www.mlancong.com/wisata-sejarah/wisata-museum/118-museum-satria-mandala.html diakses tanggal
6 Februari 2012
[4]http://www.facebook.com/notes/naoko-nemoto-ratna-sari-dewi-soekarno/museum-satria-mandala/137945626259947
diakses tanggal 6 Februari 2012
[5]
http://www.iftfishing.com/city/featured/wisata/sejarah/museum-satria-mandala diakses tanggal
6 Februari 2012.
[6]http://www.museumindonesia.com/museum/47/1/Museum_Satriamandala_Jakarta_12710
diakses 6 Februari 2012.
[7] Sardiman, Jenderal Sudirman:
Kader Muhammadiyah, Yogyakarta: Majelis Pustaka Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
Adicita Karya Nusa, hal. 18.
Komentar
Posting Komentar