“MUSEUM ULLEN SENTALU”
“MUSEUM ULLEN SENTALU”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Museologi
Dosen Pengampu: V. Indah Sri
Pinasti, M.Si
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
- Didin Harianto (09406244001)
- Bekti Mahendra (09406244025)
- Lazmihfa (09406244038)
- Bagus Arifianto (09406244050)
- Supriyanto (09406249001)
- Maya Simorangkir (09406249006)
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualikum wr.wb.
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan
baik.
Laporan
ini disusun oleh tim penulis selain
sebagai tindak lanjut melaksanakan tugas mata kuliah Museologi juga sebagai
pembantu kita dalam memahami materi
mengenai museum-museum.
Dalam
penyusunan tugas ini, kami menyadari bahwa di dalam penulisan laporan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil laporan ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum
wr.wb.
Yogyakarta,
18 Maret 2011
Penyusun
A.
Latar
Belakang
Museologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk museum secara teoristik,
heuristik dan holistik. Berbeda dengan museografi yang lebih terpusat pada
manajemen eksibisi, tehnik pameran dan segala sesuatunya yang bersifat praktis (Magetsari,
2009). Sedangkan menurut Vergo (2000: 1,3) museologi adalah ilmu sosial yang
mempelajari museum secara menyeluruh, mulai dari sejarah muncul dan
berkembangnya, filosofi yang termaktub dalam visi dan misinya, hingga peran
pendidikan, sosial dan politik serta kebijaksanaan yang ditempuhnya. Lebih
lanjut ditambahkan oleh Magetsari (2008) bahwa museologi sebagai prima
philosophia merupakan acuan untuk membahas manajemen koleksi, eksibisi,
administrasi hingga bentuk dan fungsi museum serta sejarah perkembangannya.
B.
Museum Ullen Sentalu
Museum Ullen Sentalu mulai dirintis pada tahun 1994
dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997, yang merupakan tanggal bersejarah
bagi kota Yogyakarta. Peresmian museum dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII,
Gubernur DIY pada waktu itu. Secara kepemilikan, museum swasta ini diprakarsai
keluarga Haryono dari Yogyakarta dan berada di bawah payung Yayasan Ulating
Blencong dengan penasehat antara lain: I.S.K.S. Paku Buwono XII, KGPAA Paku
Alam VIII, GBPH Poeger, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani, Ibu Hartini Soekarno,
serta KP. dr. Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B). K.(Onk).
Museum Ullen Sentalu Terletak di kawasan wisata
Kaliurang tepatnya di dalam Taman Kaswargan dengan luas tanah 11.990 m2. Secara
filosofis, nama Kaswargan dipilih karena terletak di ketinggian lereng Gunung
Merapi, di mana kultur masyarakat Jawa menganggap Gunung Merapi sebagai tempat
sakral. Taman Kaswargan berada dalam suatu “historical district”, yaitu kawasan
bersejarah seperti Pesanggrahan Ngeksigondo dan Wisma Kaliurang. Pesanggrahan
Ngeksigondo dibangun atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII sebagai tempat
peristirahatan keluarga Kasultanan Ngayogyakarta, sedang Wisma Kaliurang pernah
digunakan untuk perundingan Komisi Tiga Negara, yaitu Amerika, Australia, dan
Belgia pada masa revolusi kemerdekaan negara RI. Kaliurang merupakan kawasan
wisata gunung dengan jarak 25 km dari pusat kota Yogyakarta, sehingga merupakan
tujuan wisata yang sangat menarik dan potensial. Selain itu, terletak pada
jalur wisata strategis yang menghubungkan obyek wisata Candi Borobudur dan
Candi Prambanan.
Dalam perkembangannya, Museum Ullen Sentalu berpijak
pada paradigma baru yang cenderung memaknai warisan budaya berupa kisah atau
peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage). Kecenderungan ini
berawal dari suatu kondisi dimana Dinasti Mataram Islam cenderung menghasilkan
budaya yang sifatnya intangible dibanding warisan budaya tangible yang lebih
pada kebendaan. Padahal intangible heritage yang mencakup semua ekspresi, pengetahuan,
representasi, praktek, ketrampilan yang dikenali sebagai bagian warisan budaya
lebih rentan untuk pudar dan punah, apalagi dengan perkembangan arus
globalisasi yang semakin tak terelakkan.
Bertolak dari kondisi tersebut, maka Museum Ullen
Sentalu berupaya mengembangkan paradigma baru sebagai suatu terobosan yaitu
dengan pemilihan lokasi yang berada di daerah pegunungan (resort), dan bukan di
downtown; tidak menempati bangunan cagar budaya, tapi bangunan baru pada
landscape kosong; dikelola sebagai private corporation dan bukan state
institution; bersifat eclectic (carefully selected) collection dan tidak
mengandalkan jumlah koleksi massive; lebih banyak memaknai warisan budaya
berupa kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage) dan
tidak selalu mengandalkan warisan budaya kebendaan (tangible heritage); tidak
semua koleksi terdiri dari artefak dan benda memorabilia tetapi sebagian
terdiri dari ambiance kebudayaan materi masa kini; tidak menggunakan label pada
koleksi yang dipamerkan tetapi mengandalkan tour guide; berifat movement dan
bukan monument; sebagai a-muse-ment dan bukan muse-um dan saat ini tengah
dikembangkan untuk menjadi living museum dan bukan “dead” museum.
Salah satu upaya Museum Ullen Sentalu dalam
memvisualisasikan berbagai warisan intangible dari Dinasti Mataram adalah
dengan memanfaatkan media interpretasi dalam bentuk Conceptual and Imaginary
Narrative Paintings
Visi museum: Sebagai Jendela peradaban seni dan budaya
Jawa Misi : Mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan
budaya Jawa yang terancam pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada
kekayaan budaya Jawa sebagai jati diri bangsa
Profil per Ruang Hingga saat ini Museum Ullen Sentalu sudah memiliki beberapa ruang, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa sela Giri, 5 ruang di Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya.
Profil per Ruang Hingga saat ini Museum Ullen Sentalu sudah memiliki beberapa ruang, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa sela Giri, 5 ruang di Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya.
a.Ruang Selamat Datang
Selain sebagai “Ruang Penyambutan tamu/pengunjung
museum”, di bagian ruang ini juga terdapat banner latar belakang pendirian
museum Ullen Sentalu serta arca Dewi Sri, simbol kesuburan.
b.Ruang Seni Tari dan Gamelan
b.Ruang Seni Tari dan Gamelan
ruang ini memamerkan seperangkat gamelan yang
merupakan hibah dari salah seorang pangeran Kasultanan Yogyakarta dan pernah
dipergunakan dalam pertunjukkan wayang orang dan pagelaran tari di kraton
Yogyakarta. Selain itu, di ruang ini juga terdapat beberapa lukisan tari.
c. Guwa Sela Giri.
Suatu ruang pamer yang dibangun di bawah tanah, karena
menyesuaikan dengan kontur tanah yang tidak rata. Ruang ini berupa lorong
panjang yang merupakan perpaduan Sumur Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic.
Arsitektur Guwa Sela Giri didominasi dengan penggunaan material bangunan dari
batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis dokumentasi dari
tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 kraton Dinasti Mataram. Melalui karya-karya
lukis dokumentasi para tokoh yang dikemas dalam karya fine arts serta didukung
kelengkapan data sejarah yang berkaitan, maka suatu interaksi antara karya
seni, pengungkapan data-data seni budaya dan sejarah dari suatu peradaban yang
intangible dapat terkomunikasikan secara kaya dan bebas.
d. Kampung Kambang
Merupakan areal yang berdiri di atas kolam air dengan
bangunan berupa ruang-ruang di atasnya. Konsep areal ini diambil dari konsep
Bale Kambang dan konsep Labirin. Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer
museum, yaitu: Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden,
Ruang Batik Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan.
- Ruang Syair untuk Tineke
Ruang yang menampilkan syair-syair yang diambil dari
buku kecil GRAj Koes Sapariyam (putri Sunan PB XI, Surakarta) dan ditemukan di
suatu ruang di dalam Kaputren Kasunanan Surakarta. Syair-syair itu ditulis dari
tahun 1939-1947, oleh para kerabat dan teman-teman GRAj Koes Sapariyam yang
akrab dipanggil Tineke sebagai puisi-puisi kenangan. Melalui syair-syair
tersebut terungkap kemampuan intelektual dalam seni sastra para putri di balik
tembok kraton.
- Royal Room Ratu Mas
Suatu ruang yang khusus dipersembahkan bagi Ratu Mas,
permaisuri Sunan Paku Buwana X. Di ruang ini dipamerkan lukisan Ratu Mas,
foto-foto beliau bersama Sunan serta putrinya, serta pernak-pernik kelengkapan
beliau, seperti topi, kain batik, dodot pengantin, dodot putri, asesori, dll.
- Ruang Batik Vorstendlanden
Menampilkan koleksi batik dari era Sultan HB VII -
Sultan HB VIII dari Kraton Yogyakarta serta Sunan PB X hingga Sunan PB XII dari
Surakarta. Melalui koleksi tersebut terlihat suatu proses seni dan daya kreasi
masyarakat Jawa dalam menuangkan filosofi yang dianutnya melalui corak motif
batik. Perpaduan keindahan seni batik dan makna-makna filosofis yang
dikandungnya menguak suatu warisan budaya intangible yang sangat kaya.
- Ruang Batik Pesisiran
Ruang ini melengkapi proses akulturasi budaya yang ada
di Jawa. Dipamerkan kostum, yaitu keindahan bordir tangan dari kebaya-kebaya
yang dikenakan kaum peranakan mulai jaman HB VII (1870-an) serta kain batik
yang lebih kaya warna.
- Ruang Putri Dambaan
Ruang ini dikatakan sebagai album hidup GRAy Siti
Nurul Kusumawardhani, putri tunggal Mangkunegara VII dengan permaisuri GKR
Timur. Menampilkan dokumentasi foto pribadi dari masa kanak-kanak hingga
pernikahannya (1921-1951). Melalui foto-foto tersebut tersaji muatan budaya
yang bersifat intangible, seperti: ritual-ritual tahapan kehidupan seorang
putri kraton beserta segala pernak-perniknya yang merupakan kekayaan warisan
budaya Jawa. Ruang ini sangat istimewa karena terasa kedekatannya dengan Sang
Tokoh, yang meresmikan sendiri Ruang Putri Dambaan tersebut pada ulang tahun
ke-81 pada tahun 2002. Seperti ada ikatan batin antara tokoh dan Ruang Putri
Dambaan karena album perjalanan hidup putri Mangkunegaran ini dititipkan secara
pribadi dalam ruang tersebut di Museum Ullen Sentalu.
Gusti Nurul adalah putri Mangkunegaran yang memberi
inspirasi para pangeran Mataram untuk tidak berpoligami. Beliau merupakan putri
permaisuri yang gemar berkuda, yang tidak lazim pada era tersebut.
e. Koridor Retja Landa
Merupakan museum outdoor yang memamerkan arca-arca
dewa-dewi dari abad VIII-IX M. pada masa itu berkembang agama dan budaya Hindu
Budha, sehingga ada pemujaan pada dewa-dewa yang diwujudkan dalam bentuk
penyembahan pada arca-arca dewa tertentu.
f. SASANA SEKAR BAWANA
Di ruang ini dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram,
lukisan serta patung dengan tata rias pengantin gaya Surakarta serta
Yogyakarta.
Di akhir kunjungan semua tamu mendapat suguhan minuman
spesial, resepnya merupakan warisan Gusti Kanjeng Ratoe Mas, putri Sultan HB
VII yang disunting sebagai permaisuri Raja Surakarta, Sunan PB X. Konon,
minuman ini memberi kesehatan dan awet muda.
g. Sarana Pendukun
g. Sarana Pendukun
- Taman
Selain bangunan fisik, areal Taman Kaswargan
didominasi oleh hutan alami dan bagian-bagian taman yang menonjolkan atmosfer
pegunungan. Pada bagian-bagian tertentu terdapat patung-patung yang menjadi
museum outdoor.
- Beukenhof Restaurant
Rancang bangun Taman Kaswargan sebagai obyek wisata
budaya dan alam tak terelakkan harus dilengkapi dengan sarana pendukung lain,
seperti restaurant. Restaurant Beukenhof diambil dari bahasa Belanda yang
berarti bangunan yang dikelilingi pohon-pohon, seperti yang dapat pengunjung
nikmati di restaurant dengan bangunan yang dirancang bergaya arsitektur
kolonial
- MUSE
Toko souvenir didirikan sebagai pendukung dalam unsur
pariwisata kawasan Taman Kaswargan.
Komentar
Posting Komentar