RELATIONSHIP DALAM KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL

RELATIONSHIP DALAM KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Antar Personal
Dosen Pengampu: Puji Lestari, M.Hum.


 










Disusun Oleh:
KELOMPOK: 1
1.      Didin Harianto                   (09406244001)
2.      Pungky Muninggar            (09406244009)
3.      M. Alaik Nasrullah            (09406244016)
4.      Titin Endrayani                  (09406244023)
5.      Lidya Dwi Jayanti              (09406244030)
6.      Lazmihfa                             (09406244038)
7.      Sinta Asih Retno N.           (09406244045)


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
            Tulisan ini disusun oleh tim penulis selain sebagai tindak lanjut melaksanakan tugas mata kuliah Komunikasi Antar Personal juga sebagai pembantu kita dalam memahami materi yang akan kami uraikan yaitu Relationship dalam Komunikasi Antar Personal.
            Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat.


                                                                                     Yogyakarta, 29 April 2011

                                                                           Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Di negara yang sudah maju human relations semakin mendapat perhatian karena semakin dirasakan pentingnya dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang menyangkut faktor manusia dalam manajemen. Human relation juga dirasakan pentingnya oleh para manajer untuk menghilangkan “luka-luka” akibat salah komunikasi (mis-communication) dan salah interpretasi (mis-interpretation) yang terjadi antara manager beserta karyawannya dengan publik di luar organisasi. Tidaklah mudah untuk mencari sebuah perkataan dalam bahasa Indonesia yang benar-benar tepat sebagai terjemahan dari istilah human relation. Ada yang menerjemahkannya menjadi “hubungan manusia” dan ada pula yang mengalihbahasakannya menjadi “hubungan antar manusia”. Secara harfiah terjemahan tersebut mungkin tidak salah tetapi kedua-duanya tidak mengandung makna yang sebenarnya yang dikandung oleh human relation itu. Baik pada istilah “hubungan manusia” maupun “hubungan antar manusia” tidak terdapat ciri hakiki human relation.
Ciri hakiki human relation bukan “human” dalam pengertian wujud manusia (human being) melainkan dalam makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat , perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Karena itu, terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud human relation adalah hubungan manusiawi atau hubungan insane. Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.




B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari relationship?
2.      Apa saja teori-teori dalam pengembangan hubungan?
3.      Bagaimana managemen relationship dalam komunikasi antar personal?















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian relationship
Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal menulis “Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima.” (Barlundn, 1968: 71).[1] Dengan bahasa sederhana ini berarti dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang, kita sebut sebagai atraksi interpersonal (atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere – ad: menuju; trahere; menarik). Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita ingin membicarakan faktor-faktor yang menyebabkan mengapa persona stimuli menarik kita. Sebagaimana sering kita bicarakan dalam bagian-bagian lain, di sini pun faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa. Yang menyebabkan saya tertarik kepada anda boleh jadi sifat-sifat yang anda miliki (misal nya, anda cantik), atau suasana emosional saya (misalnya, saya sedang kesepian). Sebenarnya kedua faktor ini dalam kenyataan sering tumpang tindih sehingga pembagian di bawah ini hanyalah untuk memudahkan penjelasan saja.
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang dengan orang lain adalah (1) faktor-faktor personal, meliputi: a) kesamaan karakteristik personal; cognitive consistency theory dari Fritz Heider mengemukakan bahwa orang cenderung memiliki sikap yang sama dengan orang yang disukai; b) tekanan emosional (stress), c) harga diri yang rendah, d) isolasi sosial. (2) faktor-faktor situasional, dapat berupa: a) daya tarik fisik, b) ganjaran (reward), c) familiarity, d) kedekatan (clonseness), e) kemampuan.[2]
Dalam hubungan dengan ateraksi interpersonal ini ada 4 (empat) teori “liking” yang menjelaskan (1) Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar. (2) Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh. (3) Exchange theory berpendapat bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan lebih disukai. (4) Gain-loss theory berpendapat bahwa orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan bagi kita dan kurang tertarik pada orang-orang yang merugikan kita.
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi perorangan yang bersifat pribadi, baik secara langsung tanpa medium, ataupun langsung melalui medium.[3] Dalam komunikasi interpersonal, daya tarik seseorang sangat penting. Kalau kita menyukai seseorang, akan cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya, positif. Sebaliknya, kalau kita tidak menyukainya, kita akan melihat segalanya secara negatif. Dengan demikian bisa dimengerti orang yang memiliki daya tarik bagi orang lain akan mempermudah pendapat dan sikapnya pada orang tersebut demikian sebaliknya. Jika seseorang orang saling menyukai ia akan mengembangkan komunikasi yang menyenangkan dan efektif. Orang akan merasa senang dan nyaman jika berada di antara orang-orang yang disukai. Sebaliknya akan merasa tegang dan resah bila berada di antara orang-orang yang tidak disukai serta ingin mengakhirinya.
Hakikat dari hubungan interpersonal adalah bahwa ketika berkomunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Jadi, kita bukan sekedar menentukan content tetapi juga relationship. Pandangan ini merupakan hal baru dan untuk menunjukkan hubungan pesan komunikan ini disebut sebagai metakomunikasi.
Dalam hal ini berarti bahwa studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan kepada aspek relasional. Aspek relasional inilah yang menjadi unit analisis dari komunikasi interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya sehingga makin efektif komunikasi itu berlangsung.
Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun nonverbal) secara timbal balik terjadi dan hal ini dinamakan komunikasi interpersonal. Ketika hubungan interpersonal interpersonal tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara para partisipan yang terlibat.[4]
Hubungan interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor:
1.         Jumlah individu yang terlibat yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad adalah hubungan antara dua individu. William Wimot mengemukakan ciri-ciri hubungan interpersonal diad, antara lain adanya tujuan khusus, adanya fungsi yang berbeda, memiliki pola komunikasi yang khas. Hubungan triad adalah hubungan interpersonal antara tiga orang. Dibandingkan dengan hubungan diad, hubungan ini lebih kompleks, tingkat keintiman rendah dan keputusan yang diambil berdasarkan voting.
2.         Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, adalah hubungan tugas (task relationship) dan hubungan sosial (social relationship).
3.         Berdasarkan jangka waktu: hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang.
4.         Berdasarkan tingkat kedalaman/keintiman: hubungan akrab/intim.
Pengertian komunikasi antar pribadi itu sendiri juga dapat dilihat dari tiga perspektif :
1.         Perspektif yang pertama, yaitu perspektif komponensial, menjelaskan komunikasi antar pribadi dari komponen-komponen komunikasinya, sehingga diartikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau sekelompok kecil orang dengan berbagai umpan balik dan efek.
2.         Perspektif kedua, komunikasi antar pribadi dilihat dari proses pengembangannya, yaitu dari yang bersifat impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim.
3.         Perspektif yang ketiga, komunikasi antar pribadi dilihat dari hubungan (pasangan), yaitu komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan yang terlihat jelas diantara mereka. Seperti antara sepasang kekasih, sahabat dan dua orang bersaudara.
B.            Teori-Teori Pengembangan Hubungan
Adapun beberapa teori mengenai perkembangan hubungan yaitu:
1.         Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty reduction)
Teori ini menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian diantara strangers  yang terlibat dalam awal atau permulaan hubungan. Terdapat 2  macam ketidakpastian yang kita hadapi yaitu :
a.     Cognitive uncertainty : ketidakpastian menyangkut belief dan sikap.
b.    Behavioral uncertainty : ketidakpastian menyangkut perilaku
Keterbukaan diri (self-disclosure) diantara partisipan yang terlibat komunikasi akan mengurangi level ketidakpastian, terlebih bila keterbukaan diri ini bersifat resiprokal. Salah satu aspek penting dari hubungan komunikasi adalah melibatkan pertukaran informasi personal. Dalam upaya untuk memperoleh informasi tentang diri orang lain, Charles Berger menyarankan beberapa strategi, yaitu strategi pasif, aktif dan interaktif.
Strategi pasif merupakan upaya untuk memperoleh informasi tentang seseorang dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan orang tersebut dan bagaimana reaksinya dalam menghadapi beberapa situasi yang berbeda. Strategi aktif dilakukan dengan bertanya pada orang lain tentang diri seseorang yang ingin kita ketahui dan dengan cara memanipulasi lingkungan dengan cara-cara tertentu yang memungkinkan kita untuk mengamati orang tersebut. Strategi interaktif melibatkan wawancara dan keterbukaan diri.
2.         TeoriSelf - Disclosure (Sidney Jourard).
Keterbukaan diri merupakan strategi penting dalam pengembangan hubungan karena jika kita terbuka akan sesuatu hal, maka orang lain juga dimungkinkan untuk terbuka. Maka pertukaran informasi personal dalam suatu hubungan seperti halnya dua sisi koin. Di satu sisi terdapat pencarian informasi, dan di sisi lain adanya keterbukaan diri.
Pemahaman interpersonal terjadi melalui keterbukaan diri, umpan balik, dan kepekaan terhadap keterbukaan orang lain. Hasil Penelitian Sidney Jourard:
a.         Keterbukaan meningkat ketika hubungan semakin akrab.
b.        Keterbukaan meningkat bila terdapat penghargaan.
c.         Keterbukaan meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian dalam hubungan.
d.        Keterbukaan cenderung bersifat timbal balik.
e.         Wanita cenderung lebih terbuka dibandingkan pria.
f.         Wanita lebih terbuka pada individu yang mereka sukai, sedangkan pria lebih terbuka pada orang yang mereka percaya.
g.        Keterbukaan diatur oleh norma-norma yang sesuai.
h.        Daya tarik berhubungan dengan tingkat keterbukaan positif
i.          Keterbukaan positif lebih mungkin pada  hubungan intim yang moderat.
j.          Kepuasan dan keterbukaan memiliki hubungan linier, kepuasan hubungan terbesar pada tingkat keterbukaan yang moderat.
3.         Teori Penetrasi Sosial (Irwin Altman & Dalmas Taylor).
Relationships berkembang dari suatu hubungan yang tidak akrab menuju pada hubungan yang bersifat akrab/dekat. Pengembangan hubungan biasanya bersifat sistematis dan dapat diperkirakan (predictable). Pengembangan hubungan juga melibatkan depenetrasi dan putusnya hubungan. Keterbukaan diri menjadi inti dalam pengembangan hubungan.
Menurut Altman & Taylor, kedekatan hubungan lebih dari sekedar kedekatan fisik, namun melibatkan pula kedekatan intelektual, emosional dan sejauh mana pasangan dapat men-sharingkan aktivitas-aktivitasnya. Perkembangan kedekatan hubungan dapat dilihat dalam proses komunikasinya.
Awal pengembangan hubungan lebih banyak membicarakan hal-hal yang bersifat umum (public image) kemudian mengarah pada hal-hal yang bersifat personal.
Penetrasi hubungan mencakup 2 dimensi :
a.         Dari banyaknya topik yang didiskusikan dan dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk membicarakan hal tersebut.
b.        Tingkat kedalaman topik yang dibicarakan.
4.         Teori Pertukaran Sosial (John Thibaut & Harold Kelley).
Teori ini melihat pengembangan hubungan berdasarkan asumsi ekonomi dimana hubungan berkembang dengan membandingkan antara cost dan reward yang diterima. Cost : elemen-elemen dari hubungan yang memiliki nilai negative. Reward : elemen-elemen hubungan yang memiliki nilai positif. Worth = rewards – costs. Asumsi-asumsi teori pertukaran sosial:
a.         Manusia mencari reward dan menghindari hukuman.
b.        Manusia adalah makhluk yang rasional.
c.         Standar penilaian tentang cost dan reward yang diterima bervariasi dari waktu ke waktu dan setiap orang berbeda.
d.        Relationships bersifat saling tergantung.
e.         Relationships merupakan suatu proses.
f.         Thibaut dan Kelly menamakan teorinya theory of interdependence karena melihat proses pertukaran sosial sebagai suatu bentuk hubungan yang saling tergantung dan meniadakan adanya win atau loss dalam berhubungan.[5]
5.         Teori Dialektika Hubungan (Leslie Baxter & Barbara Montgomery).
a.         Dalam suatu hubungan selalu melibatkan kontradiksi-kontradiksi antara kognisi, perasaan, sikap dan perilaku.
b.         Relationships tidak bersifat linier.
c.         Dalam perkembangan hubungan, selalu ada perubahan-perubahan.
d.        Kontradiksi merupakan fakta mendasar dalam suatu hubungan.
e.         Komunikasi menjadi pusat dalam mengorganisasikan dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam suatu hubungan.
f.          Hubungan bersifat dinamis dan dialog merupakan cara dalam mengatasi kontradiksi-kontradiksi yang ada.
Poin-poin penting dalam proses dialog:
a.       Relationships berkembang dalam dialog. Dialog dapat membantu mendefinisikan jenis hubungan yang sedang dijalani.
b.      Dialog merupakan peluang untuk mencapai suatu kesatuan dalam keberagaman yang ada.
c.       Dialog bersifat estetik, melibatkan perasaan keseimbangan, koherensi, suatu bentuk tertentu dan keseluruhan.
d.      Dialog merupakan suatu diskursus, percakapan atau wacana. Hubungan yang akrab ditandai dengan adanya genuine conversation.
C.      Managemen Relationship.
Human relation juga dirasakan pentingnya oleh para manajer untuk menghilangkan “luka-luka” akibat salah komunikasi (mis-communication) dan salah interpretasi (mis-interpretation) yang terjadi antara manager beserta karyawannya dengan publik di luar organisasi. Tidaklah mudah untuk mencari sebuah perkataan dalam bahasa Indonesia yang benar-benar tepat sebagai terjemahan dari istilah human relation. Ada yang menerjemahkannya menjadi “hubungan manusia” dan ada pula yang mengalihbahasakannya menjadi “hubungan antar manusia”. Secara harfiah terjemahan tersebut mungkin tidak salah tetapi kedua-duanya tidak mengandung makna yang sebenarnya yang dikandung oleh human relation itu. Baik pada istilah “hubungan manusia” maupun “hubungan antar manusia” tidak terdapat ciri hakiki human relation. Ciri hakiki human relation bukan “human” dalam pengertian wujud manusia (human being) melainkan dalam makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat , perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Karena itu, terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud human relation adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.
Hubungan manusiawi adalah terjemahan dari human relation. Ada juga orang yang menerjemahkannya menjadi “hubungan manusia” dan “hubungan antarmanusia”, yang sebenarnya tidak terlalu salah karena yang berhubungan satu sama lain adalah manusia. Hanya saja, di sini sifat hubungan tidak seperti orang berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Ditinjau dari ilmu komunikasi, hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona (interpersonal communication) sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Komunikasi antar pribadi yang manusiawi berarti komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikannya saling memahami pikiran, perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila kita hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan keakraban yang didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang bersifat sosial. Contoh berikut ini akan memperjelas pengertian human relation. Seorang karyawan sebuah perusahaan berkata kepada teman sekerjanya: “Direktur kita itu adalah paman saya”. Sang teman tersenyum. Antara si karyawan dengan direkturnya itu terdapat hubungan, baik hubungan keluarga maupun hubungan kerja. Dan hubungan itu adalah hubungan manusia atau hubungan antar manusia tetapi apa yang diucapkannya itu bukan “human relation”. Seorang ayah berkata kepada anaknya: “Tolong bawa kacamataku kemari, nak.” Si anak mengambilnya lalu menyerahkannya. Antara sang ayah dan si anak terdapat hubungan. Dan hubungan itu adalah hubungan manusia atau hubungan antar manusia tetapi bukan kegiatan human relation. Untuk memperoleh kejelasan mengenai yang mana hubungan manusia atau hubungan antar manusia dan yang mana human relation berikut ini adalah kisah singkat di sebuah rumah tangga sebagai contoh sederhana. Seorang suami berkata kepada istrinya: “Aku nanti pulang terlambat, bu. Jangan lupa si bungsu beri obet batuk.” “Jangan kawatir pak, dan jangan terlalu malam,” jawab sang istri. Dialog singkat itu bukan human relation. Keesokan harinya ketika sang suami pulang kantor dan menyerahkan uan rapel kenaikan pangkat yang tidak kecil jumlahnya bagi mereka kepada istrinya, tampak ia amat gembira. “Belikan kalung mas saja, ya pak, aku ingin sekali. Sejak menikah sampai punya anak tiga sekarang, kalungku hanya ini saja dari mas imitasi,” kata istrinya memelas. Suaminya terdiam. Termenung sejenak. Lalu berkata: “Bagaimana ya ..... Bukan aku tidak sayang padamu, bu. Tetapi aku rasa ada yang lebih penting dari itu. Bagaimana pendapatmu kalau rapel yang sekarang ini kita belikan kursi setelan untuk di kamar depan dan lemari pakaian. Kursi rotan kita itu sudah rusak dan pakaian selalu berserakan. Aku berjanji rapel yang akan datang akan kubelikan kalung mas untukmu. Atau siapa tahu kita dapat rezeki dalam waktu dekat. Akan kukabulkan keinginanmu itu. Bagaimana bu?” Betul juga katamu itu, pak. Aku setuju sekali dengan gagasanmu itu,” jawab istrinya dengan muka cerah. Dialog yang terakhir ini adalah human relation. Di sini terdapat kegiatan komunikatif-persuasif-sugestif dan kedua pihak merasa hatinya puas yang merupakan aspek-aspek manusiawi dari human relation.
Atas dasar itu maka human relation akan lebih mendekati ketepatan apabila diterjemahkan menjadi “hubungan manusiawi” daripada “hubungan manusia” dan “hubungan antar manusia”. Dari paparan di atas jelas bahwa human relation bersifat “action oriented” bukan hanya hubungan yang pasif dan yang dituju adalah kepuasan batin. Karena itu human relation banyak diterapkan dalam manajemen.
Ruang Lingkup Human Relation
Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a.         Hubungan manusiawi dalam arti luas.
Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana saja: di rumah, di jalan, dalam bis, dalam kereta api, dan sebagainya. Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan, dan lain-lain sikap yang bernilai luhur. Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa sebab secara kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berpikir yang membedakannya dnegan hewan, manusia juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain. Dan sebagai makhluk sosial, ia harus berusaha menciptakan keserasian dan keselarasan dengan lingkungannya. Sebagai anggota masyarakat, manusia hidup dalam dua jenis pergaulan yang oleh Ferdinand Tonnies disebut Gemeinschaft dan Gesellschaft. Dalam Gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu kehidupan yang sangat akrab, sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau kebahagiaan yang dialami oleh orang lain dirasakan olehnya seperti penderitaan atau kebahagiaannya sendiri. Kehidupan keluarga atau kehidupan berteman yang sangat akrab termasuk ke dalam Gemeinschaft. Ciri lain dari Gemeinschaft ialah bahwa seorang anggota Gemeinschaft tidak bisa keluar masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Seorang ayah, umpamanya, walau apapun yang terjadi, tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa membebaskan diri dari status ayah itu. Sifat pergaulan hidup Gemeinschaft ialah statis-pribadi-tak rasional. Dikatakan statis karena pergaulan hidup dalam masyarakat demikian tidak banyak mengalami perubahan. Interaksi yang terjadi dalam suatu rumah tangga setiap hari antara ayah, ibu, dan anak tidak mengalami dinamika. Sifatnya pribadi (personal). Jika terjadi perselisihan, dapat diselesaikan dengan segera. Tidak rasional maksudnya tidak ada tata cara yang mengatur pergaulannya.
Lain sekali dengan pergaulan hidup dalam Gesellschaft, yakni kehidupan dalam suatu organisasi yang sifatnya dinamis, tidak pribadi dan rasional. Dinamis artinya hubunganya dengan orang banyak bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab sehingga jika terjadi benturan psikologis, tidak mudah menyelesaikannya. Rasional artinya ada aturan-aturan ketat yang mengikat. Dalam Gesellschaft orang bergaul berdasarkan perhitungan untung rugi. Seseorang baru memasuki pergaulan hidup Gesellschaft apabila diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk dan keluar dari Gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya. Akan tetapi pergaulan hidup seperti yang dikemukakan Ferdinand Tonnies itu sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal. Pada kenyataannya tipe-tipe ekstrem 100% tidaklah mutlak ada, yang ada hanyalah tekanan atau titik berat pada salah satu dari jenis pergaulan hidup itu. Artinya: jika titik beratnya rasio, dinamakan Gesellschaft; jika titik beratnya perasaan, dinamakan Gemeinschaft. Dalam Gesellschaft tujuan pergaulan lebih banyak ditekankan pada keuntungan; dalam Gemeinschaft untuk mendapat hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Kalaupun dalam Gemeinschaft ada keuntungan yang dapat diperoleh, keuntungan itu datang dengan sendirinya; dalam Gesellschaft datang karena kewajiban yang dipaksakan dari luar. Dalam Gemeinschaft kewajiban datang bukan dari luar, melainkan dari dalam diri pribadi. Apa pun sifat pergaulan itu, apakah Gemeinschaft atau Gesellschaft, tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati masing-masing yang terlibat dalam kegiatan itu.
Eduard C. Lindeman dalam bukunya yang terkenal, The Democratic Way of Life, mengatakan bahwa “Hubungan manusiawi adalah komunikasi antar persona (interpersonal communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Orang akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini William James, seorang ahli ilmu jiwa dari Harvard University, Amerika Serikat mengatakan bahwa “tiap manusia dalam hati kecilnya ingin dihormati dan dihargai”. Dalam pada itu, Keith Davis mengatakan bahwa human dignity (harga diri) merupakan etika dan dasar moral bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal wants (keinginan pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlakukan sebagai human being (manusia) dengan respect (kehormatan) dan dignity (penghargaan). Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai sebagai layaknya manusia dapat ditunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada situasi, kondisi, dan tujuan dilakukannya human relations itu.
b.         Hubungan manusiawi dalam arti sempit.
Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).
“Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis, psikologis, maupun sosial.” Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human Relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science).
Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antarpersona yang sifatnya manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan rohani yang berakal dan berbudi yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk sosial maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu.
Seperti telah disinggung di muka, dalam organisasi kekaryaan manusia merupakan strategic component karena mempunyai peranan yang sangat penting. Organisasi kekaryaan dewasa ini cenderung menganut filsafat yang people centered yakni bahwa dalam organisasi kekaryaan manusia bukan pelaksanaan atau alat produksi belaka melainkan merupakan faktor pendorong dalam mencapai tujuan.
Hubungan manusiawi dalam organisasi kekaryaan inilah yang banyak dipelajari, diteliti dan dipraktekkan di negara-negara yang sudah maju sebab faktor manusia ini sangat berpengaruh pada usaha mencapai tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat. Dengan hubungan manusiawi, para pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah yang timbul dalam situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat menggairahkan dan menggerakkannya ke arah yang lebih produktif.
BAB III
PENUTUP
Komunikasi interpersonal mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima. Dalam hubungan dengan ateraksi interpersonal ini ada 4 (empat) teori “liking” yang menjelaskan (1) Reinforcement theory, (2) Equity theory, (3) Exchange theory, (4) Gain-loss theory. Hakikat dari hubungan interpersonal adalah bahwa ketika berkomunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun nonverbal) secara timbal balik terjadi dan hal ini dinamakan komunikasi interpersonal.
Adapun beberapa teori mengenai perkembangan hubungan (1)Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty reduction), (2) TeoriSelf - Disclos)ure (Sidney Jourard), (3) Teori Penetrasi Sosial (Irwin Altman & Dalmas Taylor), (4) Teori Pertukaran Sosial (John Thibaut & Harold Kelley), (5) Teori Dialektika Hubungan (Leslie Baxter & Barbara Montgomery). Human relation juga dirasakan pentingnya oleh para manajer untuk menghilangkan “luka-luka” akibat salah komunikasi (mis-communication) dan salah interpretasi (mis-interpretation) yang terjadi antara manager beserta karyawannya dengan publik di luar organisasi. Komunikasi antar pribadi yang manusiawi berarti komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikannya saling memahami pikiran, perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.




DAFTAR PUSTAKA
                        Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
                        Harry Susanto, Eko. 2009. Komunikasi Manusia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
                        Departemen Penerangan RI. 1978. Komunikasi Dalam Praktek.
                        Cengage Learning. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.



[1] Jalaludin Rakmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 110.
[2] Ibid., 111.
[3] Eko Harry Susanto, Komunikasi Manusia, Jakarta: Mitra Wacana Media, hlm. 7.
[4] Ibid.
[5]Ibid ., 115.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU