EKONOMI TRADISIONAL DAN PERUBAHAN SOSIAL

EKONOMI TRADISIONAL DAN PERUBAHAN SOSIAL Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial Ekonomi Dosen Pengampu: Terry Irenewaty, M.Hum. Disusun Oleh: KELOMPOK 1 1. Didin Harianto (09406244001) 2. Farah Ken Cintawati (09406244002) 3. Arawinda (09406244003) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 KATA PENGANTAR Assalamualikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Tulisan ini disusun oleh tim penulis selain sebagai tindak lanjut melaksanakan tugas mata kuliah Sejarah Sosial Ekonomi juga sebagai pembantu kita dalam memahami materi yang akan kami uraikan yaitu Ekonomi Tradisional dan Perubahan Sosial. Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum wr.wb. Yogyakarta,25 Februari 2010 Penyusun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang dijalankan secara bersama untuk kepentingan bersama atau demokratis, sesuai dengan tata cara yang biasa ditempuh oleh nenek moyang sebelumnya.Dalam system tradisional ini segala barang dan jasa yang diperlukan, dipenuhi sendiri oleh masyarakat itu sendiri guna untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya sendiri. Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagai kekurangankekurangan yang ada dari segi organisasi atau kelembagaan mod Perubahan sosial dapat terjadi apabila terdapat agen perubahan. Pada tingkat kelembagaan seringkali dijumpai adanya gerakan sosial. Gerakan sosial ini seringkali menjadi agen perubahan.ern. B. TUJUAN PENULISAN Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas Sejarah Sosial Ekonomi yang berjudul Ekonomi Tradisional dan Perubahan Sosial yang di berikan oleh Ibu Terry Irenewaty, M.Hum. dan dibuat untuk mengetahui terjadinya system ekonomi tradisional dan perubahan sosial yang ada di masyarakat. C. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana bentuk sistem ekonomi tradisional pada masyarakat pertanian? 2. Bagaimana bentuk sistem ekonomi tradisional pada masyarakat perdagangan dan pelayaran? 3. Bagaimana perkembangan ekonominya? 4. Bagaimana pemikiran tentang pengembangan pertanian? 5. Bagaimana perkembangan pertanian dalam sejarah? 6. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyaraka? BAB II PEMBAHASAN A. PERTANIAN Sistem ekonomi pada masyarakat pertanian mempunyai ciri teknik produksi dipelajari secara turun temurun dan bersifat sederhana dan mengenal pembagian kerja yang masih terikat tradisi tanah sebagai tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran. Pada masyarakat ini mereka biasanya masih menggunakan sistem pertukaran barter yaitu menukar barang dengan barang dan pada masyarakat pertanian ini teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga produktivitas rendah dan menyebabkan mutu barang hasil produksinya rendah. Dalam sistem ekonomi tradisional, tugas pemerintah hanya terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan, dan menjaga ketertiban umum. Dengan kata lain kegiatan ekonomi yaitu masalah apa dan berapa, bagaimana dan untuk siapa barang diproduksi semuanya diatur oleh masyarakat. Pada masyarakat pertanian hasil pertaniannya tidak untuk di jual melaikan di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tetapi apabila hasil pertiannya di kira lebih maka kelebihannya akan di jual kepada orang lain yang membutuhkannya atau hasilnya di tukarkan dengan barang lain yang tidak bisa di hasilkannya sendiri. Kelebihan dari sistem ekonomi tradisional adalah tidak terdapatnya persaingan dan masyarakat merasa aman, karena tidak mempunyai beban berat yang harus di pikul. B. PERDAGANGAN DAN PELAYARAN Sistem ekonomi tradisional yang di pakai pada masyarakat perdagang dan pelayar adalah sistem barter yaitu sistem pertukaran barang dengan barang. Seperti halnya dengan sistem ekonomi pada masyarakat pertanian sistem ekonomi tradisisonal pada masyarakat perdagang dan pelayar juga mempunyai kesamaan yaitu mereka melakukannya guna untuk memenuhi kebutuhannya baik sendiri maupun kebutuhan umum. Pada masyarakat ini mereka melakukan perdagangan dan pelayaran ke daerah-daerah lain guna untuk memenuhi atau mencukupi kebutuhan hidup yang tidak bisa dipenuhinya atau dihasilkannya sendiri oleh mereka sehingga perlu melakukan perdagangan dan pelayaran ke daerah-daerah lain. Sehingga dari hubungan tersebut terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat yang saling mengadakan hubungan perdagangan, baik perubahan sosial kea rah kebaikan ataupun kemunduran. C. PERKEMBANGAN EKONOMI Perkembangan ekonomi yang di alami masyarakat yang menggunakan sistem perekonomian tradiosional adalah lambat. Karena semua kebutuhan hidupnya di penuhi sendiri dan di dalam memproduksi barang, untuk siapa barang tersebut di produksi semuanya di atur oleh masyarakat. Sehingga dalam sistem ekonomi tradisional, tugas pemerintah hanya terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan, dan menjaga ketertiban umum. Dengan kata lain kegiatan ekonomi yaitu masalah apa dan berapa, bagaimana dan untuk siapa barang diproduksi semuanya diatur oleh masyarakat. Dalam sistem ekonomi tradisional semacam ini memiliki kelemahan dan kelebihan sebagai berikut. Kelemahan ekonomi tradisional : 1. Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga produktivitas rendah. 2. Mutu barang hasil produksi masih rendah. Kelebihan ekonomi tradisional : 1. Tidak terjadi persaingan yang tidak sehat, hubungan antar individu sangat erat. 2. Masyarakat merasa sangat aman, karena tidak ada beban berat yang harus dipikul. 3. Tidak indiviualistis. D. PEMIKIRAN TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN Dalam faktor produksi kerja pertanian juga tampak individualisering. Dahulu tiap pekerjaaan teristimewa pekerjaan mengolah tanah, berhubung dengan perajaan keagamaa. Terikatnya kerja pada agama tampak dari kegiatan pengolahan tanah di dahului dengan upacara yang di pimpin oleh fungsionaris masyarakat. Selanjutnya kerja dapat diorganisir dengan berbagai cara salah satunya adalah gotong royong. Dari gotong royong inilah dapat timbul bentuk-bentuk organisasi lainnya dan dari gotong royong berubah menjadi tolong-menolong. Tolong-menolong di jawa sejak awalnya mengandung sifat individual, tetapi dahulu mengandung juga kewajiban untuk memberikan pertolongan yang diminta. Seperti di jawa maka di luar jawa pun terdapat juga bentuk organisasi lama seperti perinduk semangan dan perbudakan. Budak adalah tawanan perang atau keturunan dari tawanan itu. Perinduk semangan yang timbul karena adanya penyerahan diri karena tidak dapat melunasi hutangnya. Para pemilik tanah menyuruh mengerjakan tanahnya untuk satu atau beberapa panenan kepada orang lain (deelbouwnemer atau deelbouwer) dengan pejanjian bahwa deelbouwer akan menyerahkan sebagian tertentu dari hasil panenanya kepada deelbouwgever. Deelbouw ini banyak terdapat dijawa, tetapi juga di daerah-daerah lain di dunia. Syarat-syarat deelbouw yang paling banyak di pakai di jawa adalah mempertengah atau mempertiga. Banyak keterangan yang menunjukan bahwa deebouw di jawa dalam abad ini bertambah, dan bahwa syarat deelbouw itu diperberat sehingga merugikan deelbouwer. Dalam deelwining, maka hasil tanaman yang lebih dari satu tahun dipaneni dan orang-orang yang memaneninya diberi bagian dari pada hasil panenya. Deelaanleg banyak terdapat dalam menanam tanam-tanaman perdagangan yang umurnya lebih dari satu tahun (overjarige handelesgewassen). Deelarbeider menbuka tanah, membuat kebun dan memeliharanya selama tahun-tahun pertama. Diantara pohon-pohon yang di tanamnya ia diperkenakan menanam tanam-tanaman. Pemiliknya tanah memberikan bibitnya dan tiap tahun sejumlah uang biasanya dalam bentuk persekot. Jika kebun itu telah selesai di Tanami dan penuh dengan tanaman, maka kebun itu dibagi antara kedua belah pihak. Deelaanleg ini banyak terdapat dalam penanaman kebun-kebun karet, kelapa dan lada di Sumatra dan Kalimantan. E. PERKEMBANGAN PERTANIAN DALAM SEJARAH Pertanian rakyat banyak sekali ragamnya.Pertanian yang awal mulanya di gunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri berubah untuk memenuhi kebutuhan semua orang. Sehingga pertanian mengalami pertubuhan yang lama dan disamping itu dalam waktu terakhir terdapat berbagai perubahan. Pertumbuhan pertanian tidak berjalan dengan merupakan garis lurus. Seringkali dari sesuatu stadium terdahulu yang tertentu, dapat timbul suatu pertumbuhan dalam berbagai arah, yang dapat tergantungdari pada banyak keadaan. Yang dikatakan pertumbuhan pertanian misalnya perubahan penyesuaian kepada alam dan perubahan-perubahan itu dapat bertalian dengan bertambah padatnya penduduk, sehingga diperlukan pemakaian tanah dengan lebih intensif, tetapi mungkin juga ada sebab-sebab lain, misalnya bertumbuhnya lalu lintas, yang menimbulkan kemunkinan-kemungkinan baru dalam penyesuaian kepada alam. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, maka dari pada itu perlu di lakukan peningkatan hasil pertanian dengan berbagai upaya. Diantaranya adalah sistem penanaman tanaman yang satu jenis saja menjadi dua jenis tanaman di tanam pada tanah yang sama dan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya misalnya saja dalam membajak sawah hanya menggunakan cangkul yang membutuhkan waktu lama diganti dengan membajak dengan menggunakan tenaga hewan yang lehih efektif ari pada membajak dengan cangkul. F. PERUBAHAN SOSIAL Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya sendiri. Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagai kekurangan-kekurangan yang ada dari segi organisasi atau kelembagaan modern. Perubahan sosial dapat terjadi apabila terdapat agen perubahan. Pada tingkat kelembagaan seringkali dijumpai adanya gerakan sosial. Gerakan sosial ini seringkali menjadi agen perubahan. Kondisi ideal perubahan yang terjadi merupakan proses tuntutan dari bawah (bottom up) namun seringkali pula perubahan melalui gerakan sosial juga berasal dari kalangan elit (top down). Konsep involusi pertanian dan kemiskinan berbagi yang disampaikan oleh Geertz menggambarkan kegagalan pembangunan pertanian di Jawa. Revolusi hijau membawa dampak pada terjadinya polarisasi penduduk Jawa menjadi golongan pemilik tanah dan buruh tani. Penulis Kawasan Perubahan Perubahan Sosial Faktor Penyebab Perspektif Perubahan Hayami & Kikuchi 1. Hancurnya pranata sosial tradisional. 2. Menguatnya pengaruh organisasi modern. 3. Kepemilikan tanah, tenaga kerja dan kekuasaan lokal. 1. Perubahan perilaku sosial ekonomi (dari tradisional ke modern). 2. Kemajuan organisasi modern. Revolusi hijau (teknologi) Materialis Tjondronegoro Tawar menawar kekuatan “atas desa ” dan “bawah desa”. Kekuatan partisipasi masyarakat desa. Pemerintah Sumber struktural Roepke Kelembagaan tradisional di pedesaan Perubahan hak panen (dari hak panen terbuka ke hak panen ekslusif) Revolusi hijau (teknologi) Materialis Kano Perubahan ekonomi masyarakat pedesaan Jawa 1. Perubahan evolusioner (involusi pertanian) terjadi dengan adanya dukungan kelompok strategis (tuan tanah dan petani kaya progresif). 2. Involusi pertanian bukan disebabkan oleh revolusi hijau melainkan oleh perubahan tatanan sosial, ekonomi dan politik nasional. Perubahan di tingkat makro dan dukungan kaum progresif Interaksional Perubahan kelembagaan dipandang sebagai bentuk penyesuaian bentuk pranata di pedesaan menuju tatanan yang lebih efisien. Masuknya teknologi baru menjadi penyebab adanya ketidakefisienan pranata yang ada di pedesaan. Pandangan Marx tentang perubahan sosial menyatakan bahwa faktor materialis sebagai penyebab perubahan sosial. Masuknya teknologi menyebabkan perubahan moda produksi yang akhirnya membentuk perubahan pada kehidupan sosial, dan ekonomi. Memudarnya kelembagaan tradisional juga digambarkan oleh Roepke. Penelitiannya tentang aktivitas panen menunjukkan bahwa sistem panen terbuka digantikan oleh sistem panen eksklusif. Pola ini terjadi karena adanya peningkatan investasi dalam usahatani yang disebabkan oleh biaya yang harus dibayar oleh petani terhadap teknologi baru. Panen terbuka menyebabkan berkurangnya keuntungan yang didapartkan oleh pemilik lahan, oleh karenanya sistem panen berubah menjadi panen ekslusif bahkan menuju bentuk kerja upah. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pada masyarakat yang mengunakan sistem ekonomi tradisional mereka memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Sehingga di dalam masyarakat tidak terjadi persaingan yang tidak sehat dan masyarakat merasa aman, karena tidak mempunyai beban berat yang di pikul. Tetapi dari sistem ekonomi tradisional tersebut memiliki kelemahan yaitu dalam teknologi yang digunakan masih sangat sederhana sehingga hasil produktivitas rendah dan mutu barang hasil poduksi rendah. Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya. Perubahan sosial dapat terjadi apabila terdapat agen perubahan. Pada tingkat kelembagaan seringkali dijumpai adanya gerakan sosial. Gerakan sosial ini seringkali menjadi agen perubahan. Kondisi perubahan terjadi karena adanya tuntutan dari bawah ataupun dari atas. DAPTAR PUSTAKA Soule, George. 1994. Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka. Yogyakarta : Kanisius. Kano, H. 1980. Sejarah Ekonomi Masyarakat Pedesaan Jawa; Suatu Penafsiran Kembali. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Kikuchi, Masao dan Yujiro Hayami. 1987. Dilema Ekonomi Desa; Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Roepke, J. 1986. Perkembangan Pertanian dan Perubahan Hak Mengikuti Panen di Asia Tenggara; Budidaya Padi di jawa. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Tjondronegoro, SMP. 1999. Memudarnya Otonomi Desa dalam Keping-keping Sosiologi Pedesaan. Jakarta. Ditjen DIKTI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

PERANAN SYEH JANGKUNG DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI DAERAH PATI