Manusia Purba di Indonesia

Sungguh beruntung hidup di indonesia karena Tuhan Yang Maha Esa menganugrahi kekayaan alam dan kesuburan tanah. Sejak masa praaksara kesuburan tanah dan kekayaan alam ini sudah di manfaatkan manusia purba untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena faktor itulah wilayah indonesia banyak di huni oleh para manusia purba. 1. Lokasi penemuan manusia purba a. Sangiran Sangiran adalah sebuah situs arkeologi. Secara geografis kawasan Sangiran yang terletak di lereng barat laut Gunung Lawu, merupakan suatu cekungan alam yang dikenal dengan nama depresi Solo yang dikelilingi oleh bukit-bukit, dengan puncak tertinggi sekitar 180 m dari permukaan laut. Di sebelah utara terdapat jajaran Pegunungan Kendeng dan di sebelah selatan terdapat jajaran Pegunungan Selatan. Pada1936-1941seorang ilmuan antropologi dari Jerman Gustav Heinrich Ralph von Koenigswal dmulai melakukan penelitan terhadap situs Sangiran tersebut. Setelah dilakukan penelitaian berikutnya, ditemukan 50 fosil lebih di antaranya Pithecanthropus erectus , Meganthropus palaeo javanicus. Selain itu juga ditemukan fosil hewan seperti badak, tanduk kerbau, gading gajah, tanduk rusa dan lain-lain. Secara keseluruhan diperkirakan umur fosil yang ditemukan tersebut berusia 1 sampai 1,5 juta tahun dan diperkirakan juga umur fosil sudah terkubur sejak2 juta tah¬un yang lalu. Dari 50 fosil yang ditemukan tersebut sudah mewakili 50% fosil yang ada di dunia. Sebelum kemunculan Koenigswald, pada awal 1930-an, masyarakat di sana hanya mengenal fosil-fosil yang banyak terdapat di lingkungan alam sekitar mereka sebagai balung buto alias tulang-tulang raksasa. Ilmuwan asal Jerman itu telah memberi pemahaman baru kepada masyarakat Sangiran terkait keberadaan fosil dan artefak purba. Situs Sangiran merupakan situs prasejarah penghasil fosil-fosil hominid dan fosil fauna Pleistosen yang sangat terkenal di dunia internasional. Hingga sekarang situs ini masih menjadi sumber data arkeologi, geologi, paleontologi, dan paleoantropologi untuk mengungkapkan kehidupan purba, evolusi manusia, dan evolusi lingkungan. Dalam kenyataannya, Situs Sangiran tidak hanya dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fisik manusia semata, tetapi bahkan mampu memberikan gambaran mengenai evolusi budaya, fauna, dan lingkungan. Fosil-fosil manusia dan binatang, serta alat-alat batu paleolitik dalam kuantitas dan kualitas yang prima telah berhasil ditemukan kembali dalam lapisan-lapisan purba berusia 2 juta tahun. Oleh karena itu, situs ini menjadi penting bagi pemahaman evolusi manusia secara umum bukan hanya bagi kepentingan nasional, tetapi juga telah dianggap sebagai pusat evolusi manusia di dunia. Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi tempat penemuan fosil-fosil, diantaranya : i. Formasi Kalibeng Lempung biru yang membentuk apa yang disebut kalangan arkeolog sebagai Formasi Kalibeng di bagian paling bawah adalah endapan paling tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta tahun lalu ketika daerah ini masih merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan: a. Lapisan napal (Marl) b. Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam c. Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal d. Lapisan balanus batu gamping e. Lapisan lahar bawah dari endapan air payau ii. Formasi Pucangan Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 – 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil (buaya dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu. Berumur 1.8 juta s/d 700 ribu tahun lalu. Dengan lapisan: a. Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar b. Lapisan batuan kongkresi c. Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff) d. Lapisan batuan nodul e. Lapisan batuan diatome warna kehijauan iii. Formasi Grenzbank Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi Pucangan. Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari pegunungan selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-kerikal vulkanik dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4 meter, yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas. Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Pengendapan grenzbank menandai perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di Sangiran. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus. iv. Formasi Kabuh Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran, berasal dari Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba. Letusan hebat telah memuntahkan jutaan kubik endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh aliran sungai yang ada di sekitarnya saat itu. Aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi susul-menyusul dalam periode lebih dari 500.000 tahun. Aktivitas alam ini meninggalkan endapan pasir fluvio-volkanik setebal tidak kurang dari 40 meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh. Lapisan ini mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu: ada sungai utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan vegetasi terbuka. Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali Cemoro. Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000 tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini. "Mereka" diendapkan pada sejumlah tempat di Sangiran. Badak, antilop dan rusa yang ada di grenz bank masih tetap ada pada Formasi Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, Elephashysudrin dicus dan Epileptobos groeneveldtii (banteng). Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala Plestosen Tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah: hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir, puncak dari kehidupan Homo erectus beserta lingkungan fauna dan budayanya. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling banyak menghasilkan fosil manusia dan binatang. Berumur 700 ribu s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan: a. Lapisan konglomerat b. Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas c. Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff) d. Lapisan pasir halus silang siur e. Lapisan pasir gravel. v. Formasi Notopuro Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Lahar vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil hingga bongkah. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan kapak persegi. Selain itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan kijang. Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa. Erosi K. Cemoro berlangsung terus-menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran. Berumur 250 ribu s/d 15 ribu tahun lalu. Dengan lapisan: a. Lapisan lahar atas b. Lapisan teras c. Lapisan batu pumice vi. Formasi Teras Solo (Kali Pasir) Berumur 15 ribu s/d 1.5 ribu tahun lalu. Dimana hanya memiliki lapisan endapan sungai batu kerikil dan kerakal. b. Trinil Trinil Adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di Ngawi, Jawa Timur. Pada tahun 1891 Eugène Dubois, menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta fosil hewan dan tumbuhan purba lain. Di Trinil juga pernah ditemukan fosil tulang rahang bawah macan purba , fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba, dan fosil tanduk banteng purba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

PERANAN SYEH JANGKUNG DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI DAERAH PATI