Masa Pemerintahan Kolonial Belanda
1.
PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDRAL
Setelah
berakhirnya kekuasaan Inggris,selanjutnya yang berkuasa adalah Pemerintahan
Hindia Belanda,yang pada mulanya pemerintahan Kolektif yang terdiri dari 3
orang yaitu : Flout,Buyskess dan Van Der Capellen. Dengan tugas
utama : menormalisasikan keadaan lama (Inggris) ke alam baru (Belanda) dengan
masa peralihan dari tahun 1816-1819,untuk selanjutnya yang menjadi gubernur
jendral adalah Van Der Capellen (1816-1824).
Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi :
1).Beberapa
kerajaan diluar P.Jawa bertindak mandiri.
2).Usaha-usaha
sepihak dari Raffles yang masih ingin berkuasa kembali,misal dengan menduduki
Singapura.
Dengan
berdirinya Singapura menimbulkan perselisihan mengenai batas wilayah kekuasaan
pendudukan Inggris dan Belanda,masalah ini kemudian diselesaikan melalui Treaty
of London 1824 yang isinya :
1).Inggris
dan Belanda berhak untuk saling memasuki wilayah jajahan masing-masing.
2).Belanda menarik diri dari jajahannya di Asia Daratan yaitu : Benggala,Gujarat,Malaka dan Singapura.
2).Belanda menarik diri dari jajahannya di Asia Daratan yaitu : Benggala,Gujarat,Malaka dan Singapura.
3).Inggris
menarik diri dari Nusantara dan menyerahkan Bengkulu,Bangka dan Belitung.
4).Kemerdekaan Aceh dihormati oleh kedua belah fihak,dan dijadikan daerah Bufferstaat : daerah pemisah.
5).Inggris dan Belanda bertanggung jawab atas keamanan di selat Malaka.
4).Kemerdekaan Aceh dihormati oleh kedua belah fihak,dan dijadikan daerah Bufferstaat : daerah pemisah.
5).Inggris dan Belanda bertanggung jawab atas keamanan di selat Malaka.
2.
POLITIK KOLONIAL PADA MASA KOMISARIS JENDRAL
Dalam
menjalankan pemerintahannya,komisaris jendral melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1).Sistem
Residen tetap dipertahankan
2).Dalam
bidang hukum sistem juri dihapuskan
3).Kedudukan
para Bupati sebagai penguasa feodal tetap dipertahankan.
4).Desa
sebagai satu kesatuan unit tetap dipertahankan dan para penguasanya
dimanfaatkan untuk pelaksanaan pemungutan pajak dan hasil bumi.
5).Dalam
bidang ekonomi memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
Memorandum
tahun 1851
Memorandum
tahun 1851 dengan jelas menegaskan politik Belanda,bahwa “daerah –daerah
taklukan harus memberi keuntungan materiil bagi Belanda, keuntungan yang memang
menjadi tujuan penaklukkan “
3. PEMERINTAHAN
HINDIA BELANDA (NEDERLANDSCH INDIE) 1816-1942
A. PENGERTIAN
CULTUUR STELSEL
Istilah
Cultuur Stelsel sebenarnya berarti sistem tanaman terjemahannya dalam bahasa
Inggris adalah Culture System atau Cultivation System. Lebih tepat lagi kalau
di terjemahkan menjadi System of Gouverment Controlled Agricultures karena
pengertian dari Cultuur Stelsel sebenarnya adalah :”kewajiban kepada rakyat
(Jawa) untuk menanam tanaman eksport yang laku dijual diEropa”, rakyat
menterjemahkan dengan istilah tanam paksa.
Menurut
Van Den Bosch : Cultuur Stelsel didasarkan atas hukum adat yg menyatakan bahwa
barang siapa berkuasa disuatu daerah, ia memiliki tanah dan penduduknya.
B. LATAR BELAKANG SISTEM TANAM PAKSA
1).Di
Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon
sehingga menghabiskan biaya besar.
2).Terjadinya
perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda
tahun 1830.
3).Terjadinya
perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal
bagi Belanda (menghabiskan beaya 20.000.000 gulden).
4).Kas negara Belanda
kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5).Pemasukan uang
dari penanaman kopi tidak banyak.
6).Kegagalan
usaha mempraktikkan gagasan Liberal (1816-1830) dalam
mengeksploitasi tanah jajahan untuk memberikan keuntungan yang besar terhadap
negeri induk.
C. ATURAN-ATURAN TANAM PAKSA
Ketentuan
pokok Tanam Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) no.22 tahun 1834, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1.Penyediaan
tanah untuk cultuur stelsel berdasarkan persetujuan penduduk.
2.Tanah
tersebut tidak lebih dari seperlima tanah pertanian.
3.Tanah
tersebut bebas dari pajak.
4.
Kelebihan hasil tanaman jika melebihi pajak diberikan pada petani.
5.
Pekerjaan untuk cultuur stelsel tidak melebihi waktu menanam padi
6. Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani merupakan tanggung jawab
pemerintah.
7. Bagi yang tidak memiliki tanah dipekerjakan dipabrik atau perkebunan
pemerintah.
8.
Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada pemimpin pribumi.
D.PENYIMPANGAN DALAM TANAM PAKSA
1.Perjanjian
penyediaan tanah dilakukan dg paksaan.
2.Tanah yang
digunakan lebih dari seperlima bagian.
3.Pengerjaan tanah
untuk tanam paksa melebihi waktu menanam padi.
4.Tanah tersebut
masih terkena pajak.
5.Kelebihan hasil
panen tidak diberikan kepada petani.
6.Kegagalan panen
tanggung jawab petani.
7. Buruh dijadikan
tenaga paksaan.
Guna
menjamin agar para Bupati dan kepala desa menunaikan tugasnya dg Baik,
pemerintah Belanda memberikan rangsangan yg disebut cultuur procenten atau hadiah. Disamping
penghasilan tetap.
E.AKIBAT-AKIBAT TANAM PAKSA
BAGI BELANDA
- Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri
jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa.
- Perusahaan pelayaran Belanda yang semula
hampir mengalami kerugian, tetapi pada masa tanam paksa mendapatkan
keuntungan.
- Belanda mendapatan keuntungan yang besar,
keuntungantanam paksa pertama kali pada tahun 1834 sebesar 3 juta gulden,
pada tahun berikutnya rata-rata sekitar 12 sampai 18 juta gulden.
- Kas belanda yang semula kosong dapat dipenuhi.
- Penerimaan pendapatan melebihi anggaran
belanja.
- Belanda tidak mengalami kesulitan keuangan
lagi dan mampu melunasi utang-utang Indonesia.
- Menjadikan Amsterdam sebagai pusat perdagangan
hasil tanaman tropis.
BAGI INDONESIA
a. Kemiskinan dan penderitaan
fisik dan mental yang berkepanjangan.
b. Beban pajak yang berat.
c. Pertanian, khusunya padi
banyak mengalami kegagalan panen.
d. Kelaparan dan kematian
terjadi di mana-mana.
e. Pemaksaan bekerja
sewenang-wenang kepada penduduk pribumi.
f.
Jumlah penduduk Indonesia menurun.
g. Segi positifnya, rakyat
Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
h. Rakyat Indonesia mulai
mengenal tanaman dagang yang laku dipasaran ekspor Eropa.
i.
Memperkenalkan teknoligo multicrops dalam pertanian.
F.REAKSI TERHADAP TANAM PAKSA
1).RAKYAT
INDONESIA
a.
Di Sumatera Barat timbul perlawanan,al.di Pariaman (1841), di Padang .
b. Di Jawa pada tahun 1846 perlawanan dilakukan meskipun dengan pembakaran 7
buah kebun tembakau.
2).KAUM
PENGUSAHA (KAPITALIS)
Golongan
pengusaha menghendaki sistem tanam paksa dihapuskan dan diganti dengan
kebebasan berusaha.
3).KAUM
HUMANIS BELANDA
a.Baron
Van Hoevell : memprotes melalui parlemen Belanda : bahwa tanam paksa
tidak manusiawi.
b.Eduard
douwes Dekker : memprotes tanam paksa lewat tulis yang berjudul Max
Havelaar (Saijah-Adinda), dg nama samaran Multatuli (saya menderita).
POLITIK
EKONOMI LIBERAL KOLONIAL SEJAK TAHUN 1870
1.LATAR
BELAKANG
Politik
ekonomi liberal kolonial dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai
berikut :
1).Pelaksanaan tanam
paksa memberi keuntungan yg besar kepada Belanda,tetapi menimbulkan penderitaan
rakyat pribumi.
2).Berkembangnya
faham liberalisme di Eropa.
3).Kemenangan partai
liberal di Belanda.
4).Adanya Traktar
Sumatera 1871,yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya
ke Aceh.
Pelaksanaan Politik Ekonomi Liberal
itu dilandasi dengan beberapa peraturan :
1. RR atau Undang-undang tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
2. Peraturan tentang pembendaharaan Negara India-Belanda.
3. Undang-undang Gula ( Suiker Wet ).
4. Agrische Beskuit yang mengatur lebih rinci tentang Agraria.
1. RR atau Undang-undang tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
2. Peraturan tentang pembendaharaan Negara India-Belanda.
3. Undang-undang Gula ( Suiker Wet ).
4. Agrische Beskuit yang mengatur lebih rinci tentang Agraria.
Pelaksanaan
politik ekonomi liberal ditandai dengan beberapa peraturan antara lain :
1) Reglement op het belied der regering in Nedherlandsh
Indie (1854) :
Berisi tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
2).
Indishe Comtabiliteit Wet (1867) :
Berisi
tentang perbendaharaan negara Hindia Belanda. Tahun 1864 dikeluarkan
Undang-undang Perbendaharaan Negara (Comptabiliet Wet). Berdasarkan
Undang-undang ini setiap anggaran belanja Hindia Belanda harus diketahui dan
disahkan oleh Parlemen.
3). Suiker Wet
:
Undang-undang Gula (Suiker Wet). Undang-undang ini
antara lain mengatur tentang monopoli tanaman tebu oleh pemerintah yang
kemudian secara bertahap akan diserahkan kepada pihak swasta.
4). Agrarish Wet
(undang-undang Agraria) 1870:
UU Agraria yg berlaku di Indonesia dari tahun
1870-1960 isinya :
a).Tanah
di Indonesia dibedakan menjadi tanah tanah rakyat dan tanah milik pemerintah.
b).Tanah
rakyat terdiri dari tanah bebas dan tidak bebas
c).Tanah
rakyat tidak boleh dijual kepada orang lain.
d).Tanah
pemerintah dapat disewakan kepada penguasa swasta sampai jangka waktu 75 tahun.
5). Agrarisch Besluit (1870):
Ditetapkan
oleh raja Belanda dan mengatur hal-hal yang lebih rinci.
Sejak dikeluarkan UU
Agraria itu, pihak swasta semakin banyak memasuki tanah jajahan di Hindia
Belanda. Mereka memainkan peranan penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan.
Oleh karena itu, mulailah era imperialism modern. Berkembanglah kapitalisme di
Hindia Belanda. Tanah jajahan berfungsi sebagai:
- tempat
untuk mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri di Eropa, dan
tempat penanaman modal asing,
- tempat
pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa,
- penyedia
tenaga kerja yang murah.
Dengan adanya UU Agraria dan UU Gula tahun 1870, banyak swasta asing
yang menanamkan modalnya di Indonesia, baik dalam usaha perkebunan maupun
pertambangan.
Berikut ini beberapa perkebunan asing yang muncul di Indonesia :
1) Perkebunan tembakau di Deli, Sumatra Utara.
Berikut ini beberapa perkebunan asing yang muncul di Indonesia :
1) Perkebunan tembakau di Deli, Sumatra Utara.
2) Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
3) Perkebunan kina di Jawa Barat.
4) Perkebunan karet di Sumatra Timur.
5) Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara.
6) Perkebunan teh di Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Adanya
UU Agraria memberikan pengaruh bagi kehidupan rakyat, seperti berikut:
1) Dibangunnya fasilitas perhubungan dan irigasi.
1) Dibangunnya fasilitas perhubungan dan irigasi.
2)
Rakyat menderita dan miskin.
3)
Rakyat mengenal sistem upah dengan uang, juga mengenal barang-barang ekspor dan
impor.
4)Timbul
pedagang perantara.Pedagang-pedagang tersebut pergi ke daerah pedalaman,
mengumpulkan hasil pertanian dan menjualnya kepada grosir.
5)
Industri atau usaha pribumi mati karena pekerja-pekerjanya banyak yang pindah
bekerja di perkebunan dan pabrik-pabrik.
2.PELAKSANAAN
SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
Setelah
UU Agraria 1870 diterapkan,di Indonesia memasuki Imperalisme modern dengan
diterpkanOpendeur Politiek,yaitu politik pintu terbuka terhadap
modal-modal swasta asing, hal itu berati Indonesia dijadikan tempat untuk
berbagai kepentingan yaitu:
a).mendapatkan
bahan mentah atau bahan baku industri di Eropa.
b).mendapatkan
tenaga kerja yg murah.
c).menjadi
tempat pemasaran barang-barang produksi Eropa.
d).menjadi
tempat penanaman modal asing.
3.AKIBAT
SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
BAGI BELANDA :
a.Memberikan keuntungan yg besar bagi kaum swasta
Belanda
b.Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan
mengalir ke Belanda.
c.Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil
dari tanah jajahan.
BAGI
INDONESIA :
a.Kemerosotan
tingkat kesejahteraan penduduk.
b.Adanya
krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga gula dan kopi.
c.Menurunnya
konsumsi bahan makanan,terutama beras.
d.Menurunnya
usaha kerajinan rakyat karena telah tersaingi dengan Import dari
Eropa.
e.Pengangkutan
dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan kereta
api.
f.Rakyat
menderita karena masih diterapkan kerja rodi dan adanya hukuman yg berat bagi
yg melanggar peraturan poenalie sanctie.
POLITIK ETIS
LATAR BELAKANG POLITIK ETIS
Munculnya
politik etis dilatarbelakangi oleh :
1).Sistem
ekonomi liberal tidak mengubah nasib rakyat.
2).Tanam
paksa memberi keuntungan besar bagi Belanda sebaliknya menimbulkan penderitaan
rakyat.
3).Belanda
melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat .
4).Rakyat
kehilangan tanah sebagai hak milik utamanya.
5).Adanya
kritik terhadap praktik kolonial liberal.
TOKOH-TOKOH YANG MELANCARKAN KRITIK POLITIK ETIS
1).Van
Kol
melancarkan
kritik di Indonesia sebagai politik drainage/penghisapan
2).Van
Deventer
usulannya
dikenal dengan Trilogi Van Deventer :
a).Irigasi
b).Emigrasi
c).Edukasi
3).Brooschooft
Selama
1 abad lebih,Belanda telah mengeruk keuntungan dari rakyat Indonesia dan tidak
mengembalikannya.
4).Baron
Van Hovell
Meminta
perbaikan nasib rakyat Indonesia dari sidang parlemen.
KEGAGALAN
POLITIK ETIS
Kegagalan
politik etis,tampak dalam kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
1).Sistem
ekonomi liberal hanya memberi keuntunga besar bagi Belanda.
2).Sangat
sedikit penduduk pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik.
3).Pegawai
negeri golongan pribumi hanya dijadikan alat,
sehingga
dominasi Belanda tetap sangat besar.
Seorang
Belanda, Mr.C.Th. van Deventer, sekitar tahun 1899 mengemukakan
pendapat, bahwa Belanda berhutang budi kepada Indonesia yang telah memberikan
keuntungan besar sekali. Hutang budi itu harus dibayar (dibalas) dengan
memajukan Indonesia melalui : pengajaran, pengairan dan pemindahan
penduduk.
Sejalan
dengan makin meningkatnya penanaman modal asing, sejak tahun 1900 Pemerintah
Belanda menjalankan apa yang disebut sebagai Politik Ethis atau Politik
Ethika. Belanda seakan-akan hendak membalas budi bangsa Indonesia seperti
apa yang diusulkan oleh van Deventer. Akan tetapi dalam pelaksanaannya
ternyata jauh menyimpang daribalas budi. Diselenggarakannya pengajaran,
pengairan dan pemindahan penduduk bukan untuk memajukan bangsa Indonesia,
melainkan semata-mata demi kepentingan Pemerintah Belanda sendiri, dan para
penanam modal. Untuk jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut.
Ada tiga isi dari Politik Etis :
- Irigasi
(Pengairan) dan Infrastruktur:
merupakan program
pembangunan dan penyempurnaan sosial dan prasarana untuk kesejahteraan terutama
dibidang pertanian dan perkebuna, serta perbaikan prasarana infrastruktur.
Disini masyarakat pribumi di beri pengetahuan teknologi dalam bidang pengairan
yang lebih modern, untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik, tanpa
menunggu lama seperti sebelumnya yang hanya mengandalkan musim hujan saja untuk
menghasilkkan pertanian yang baik, tetapi dengan adanya Irigasi yang di ajarkan
oleh Belanda, masyarakat pribumi dapat bercocok tanam pada musim kemarau juga.
2. Educate (pendidikan):
Merupakan program
peningkatan mutu SDM dan pengurangan jumlah buta huruf yang implikas
baiknya untuk pemerintah Belanda, yaitu dengan pendirian sekolah-sekolah.
Karena pelajar yang berkualitas dapat di jadikan pegawai oleh pemerintah
Belanda. Itu salah satu tujuan Belanda melakukan Politik Etis untuk menggalih
potensi masyarakat pribumi.
3. Emigrasi (transmigrasi):
Merupakan program
pemerataan pendidikan Jawa dan Madura dengan dibuatnya pemukiman di Sumatra
Utara dan Selatan dimana dibuka perkebunan-perkebunan baru yang membutuhkan
banyak sekali pengelola dan pegawainya, Akan tetapi kebijakan pertama dan kedua
disalah gunakan untuk pemerintah Belanda dengan membanggun irigasi untuk
perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan
penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi, hanya
pendidikan yang membawa dampak positif bagi Indonesia. selain untuk pemerantaan
penduduk, tujuan Belanda adalah membuka lahan pertanian yang baru, dengan cara
memindahkan penduduk dari daerah padat Penduduk ke daerah yang penduduknya
jarang, untuk membuka lahan pertanian baru.
Bahasa belanda dimasukan sebagai pelajaran di beberapa
Sekolah Kelas Satu dan sejumlah kursus di buka dengan maksud itu, akan tetapi
bahasa Belanda tak kunjung menjadi bahasa rakyat. Orang Belanda sendiri
tampaknya keberatan untuk memberikan bahasa dan kebudayaan Belanda, sebagian
hanya untuk merusak adat istiadat Indonesia, akan tetapi Belanda sangat takut
jika orang-orang Indonesia menguasai kebudayan, pengetahuan, teknik, dan
organisasi. Dengan itu Belanda mendirikan lembaga pendidikan untuk mengatasi
menjamurnya pendidikan pesanteren.
Akan
tetapi dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh para pegawai Belanda. Berikut ini
penyimpangan penyimpangan tersebut:
- Irigasi
Pengairan hanya
ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda.
Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
2. Educate (pendidikan)
Pemerintah Belanda
membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga
administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat,
hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu.
Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk
anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II
kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya. Politik pendidikan kolonial erat
hubungan dengan politik mereka pada umumnya, sesuatu politik yang di dominasi
oleh golongan-golongan yang berkuasa dan tidak di dorong oleh nilai-nilai etnis
dengan maksud untuk membina kematangan politik dan kemerdekaan tanah
jajahan.
3. Emigrasi (transmigrasi)
Migrasi ke daerah
luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan
perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang
besar akan tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka dijadikan kuli kontrak.
Migrasi ke Lampung mempunyai tujuan menetap. Karena migrasi
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja, maka tidak jarang banyak
yang melarikan diri. Untuk mencegah agar pekerja tidak melarikan diri,
pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan
yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan
ditangkap polisi, kemudian dikembalikan kepada mandor/pengawasnya.
Demi memudahkan penguasaan etnis maka wilayah kota
dibagi-bagi dalam berbagai sub area hunian, dapat dilihat di Jakarta antara
lain adanya kampung Melayu, kampung Bali, kampung Jawa, dan lain-lainnya.
Khusus untuk etnis Ambon mendapatkan area hunian yang terpisah dengan etnis
lainya. Pemisahan ini disebabkan oleh orang Ambon banyak yang menjadi Belanda
untuk menyebarkan agama Kristen sama halnya etnis Batak dan Manado.(Mansur,
Ahmad, Suryanegara. 2009 : 228)
AKIBAT
POLITIK ETHIKA
Meskipun tidak diharapkan oleh Belanda,
diselenggarakanya pengajaran di Indonesia melahirkan golongan baru dalam
masyarakat kita, yaitu golongan terpelajar. Golongan
terpelajar mendapat pengajaran menurut sistem Eropa, hingga kemudian mengenal
bermacam-macam ilmu pengetahuan Barat. Lambat-laun mereka itu menyadari
kepincangan-kepincangan yang terjadi di Indonesia sebagai akibat politik
penjajahan.
Uji Kompetensi
Halaman 59 Sejarah Indonesia Kelas XI
1. Mengapa pemerintah Komisaris Jendral mengambil
kebijakan "Jalan Tengah" dalam memerintah di Hindia-Belanda ?
2. Tunjukan bukti bukti tindakan Raffles di Indonesia
yang tidak sesuai dengan pandangannya sebagai seseorang Liberal Bandingkan
dengan Daendels !
3. Mengapa Pemerintahan Hindia Belanda melaksanakan Tanam
Paksa ?
4. Mengapa Pelaksanaan Tanam Paksa menimbulkan Pro dan
kontra di lingkungan Masyarakat di negara belanda ?
5. Jelaskan Persamaan dan perbedaan pelaksanaan Tanam
Paksa dan pelaksanaan usaha swasta di hindia belanda !
6. Jelaskan proses masuknya agama katolik dan kristen di
indonesia !
** Kunci Jawaban **
1.
karena
pemerintah kominsaris jendral memiliki kewajiban untuk membentuk sebuah
kedamaian di daerah hindia belanda oleh karena itu mereka menggambil jalan
tengah agar posisi adminitrasi yang lain tidak berubah
2.
- pelaksanaan sistem sewa tanah/ pajak tanah yang
kemudian meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian
- penghapusan
pajak& penyerahan wajib hasil bumi
-
penghapusan kerja rodi & perbudakan
-
penghapusan sistem monopoli
-
peletakkan desa sebagai unit administrasi penjajahan
karena
adanya tugas yang berat dari pemerintah belanda untuk mengisi keuangan belanda (perubahan
citra dari Daendels)
3.
alasan
terbesarnya adalah untuk menambah cadangan kas uang hindia belanda yang habis
terkuras akibat perang diponegoro dan perang paderi serta diberbagai daerah.
4.
karena
bangsa belanda memaksa rakyat Indonesia untuk menanam paksa rakyat dengan upah
yang sedikit dan yg menimbulkan kemarahan rakyat serta pemberontakan bangsa
terhadap belanda'
5.
1. Persamaan :
a. menghasilkan devisa
b. usaha yg dilakukan adalah tanaman jual
c. dikerjakan secara pertanian
d. berada dipengawasan belanda
2. Perbedaan
a. tanam paksa adalah
pengumpulan dana untuk mengisi kekosongan kas
sedangkan usaha swasta hanya sebatas mengumpulkan dana biasa
sedangkan usaha swasta hanya sebatas mengumpulkan dana biasa
b. tanah paksa dilakukan secara paksa kepada
pribumi sedangkan usaha swasta sukarela karena bersifat bisnis
c. tanah paksa
dikerjakan oleh pribumi sedangkan usaha swasta oleh masyarakat belanda dan
laim-lain dalam kebijakan rasial belanda.
d. tanam paksa
dikerjakan individu sedangkan usaha swasta oleh perusahaan.
6.
dibawa
oleh bangsa barat saat mereka hendak membeli rempah-rempah di Indonesia, selain
tujuan bangsa barat tersebut untuk membeli rempah2 tapi mereka juga menyebarkan
agama katolik dan kristen trsebut melalu perdagangan
Komentar
Posting Komentar