PEMERINTAHAN DINASTY DI KOREA

Pada sekitar abad pertama sesudah masehi, muncul 3 Kerajaan di sekitar semenanjung Korea, yakni koguryo, Baekje, dan Silla.Kesosialan Kerajaan dikembangkan berlandaskan kebudayaan kaum bangsawan. Namun sebelum kemunculan 3 Kerajaan ini terlebih dahulu telah berdiri kerajaan Kojosun yang didirikan oleh dongun yang mearupak kerajaan pertama yang berlandaskan seni budaya perunggu.kerajaan berkembang di daerah lioning cina.namun serang pemimpin emigran Korea dari cina bernama Wiman, berhasil menaklukan raja Jun kojosun,menjadi raja pada awal abad ke-2 SM.selain itu juga terdapat beberapa kerajaan lain sebelum akhirnya muncul 3 kerajaaan besar tsb.Melalui penyatuan 3 kerajaan oleh Silla, Bangsa Korea kecuali penngungsi Kerajaan Koguryo yang tinggal di daerah Mancuria, mulai membentuk kebudayaan nasional di bawah satu pemerintahan dan satu peraturan.Di daerah Mancuria, pengungsi kerajaan Koguryo mendirikan kerajaan Balhae.Setelah terwujudnya reunifikasi Bangsa Korea, Kerajaan Koryo memperbaharui serangkaian peraturan baik politik maupun sosial berlandaskan ide ilmu Konghucu dan kebudayaan bangsawan. Pada masa kerajaan Koryo, kebudayaan bangsa Korea berkembang pesatberlandaskan seni budaya ajaran Konghucu dan Budha serta pengaktifan pertukaran seni-budaya dengan negara-negara lain.Dalam kekacauan dan krisis di kerajaan Koryo pada akhir abada ke-14, kerajaan Chosun didirikan oleh kaum sarjana baru dan kaum ksatria.Kaum pemimpin giat berusaha untuk menstabilkan kelangsungan hidup masyarakat dan meningkatkan kekuatan negara berlandaskan ideologi konghucu.Pada abad ke-16, ilmu metafisika berkembang pesat.Namun pecahnya kaum pemimpin negara, lemahnya kekuatan pertahanan, mengakibatkan invasi Jepang dan Suku Nuzhen.Setelah mengalami dua kali serbuan dari asing, Waeran dan Horan, kerajaan Chosun melaksanakan berbagai kebijaksanaan reformasi khususnya bidang politik, ekonomi, dan militer untuk menstabilkan masyarakat.Sementara itu pada masa akhir Chosun, peradaban dunia Barat diperkenalkan kepada masyarakat Chosun melalui Cina dan peradaban Chosun diterapkan oleh masyarakat Jepang untuk mengembangkan seni-budaya mereka.sejak masa akhir Kerajaan Chosun, keberhasilan baik segi sosial maupun ekonomi selama itu gagal menggabungkan dengan modernisasi bahkan hak kedaulatan nasional diancam serbuan oleh negara-negara adi kuasa khususnya Jepang.Meskipun menghadapi halangan dalam prosedur reformasi baik segi politik maupun sosial akibat ancaman dari ekuatan asing, Bangsa Korea giat menyerap sivilisasi modern untuk meletakkan kerangka kebudayaan modern Korea. A. Pemerintahan Sebelum Tiga Kerajaan Besar a. Dangun Pendiri dan pengembang Kojosun Negara pertama yang berlandaskan seni-budaya perunggu adalah Kojosun.Kepala Kojosun disebut Dangun Wanggum, anak antara anak Tuhan Hwa-Ung dengan wanita yang diinkarnasi dari beruang, medirikan Kojosun pada tahun 2333 SM. Hal itu mencerminkan bahwa pembentukan negara patriakal berlandaskan penyatuan masyarakat klen satu sama lain. Pada tahap pemulaan, Kojosun berkembang di daerah Liaoning, Cina, kemudian muncul sebagai pusat kekuatan di bagian Timur bahkan merebut hegemoni dengan kerajaan Yan, Cina sekitar abad ke-4 SM. b. Pemasukan seni-Budaya alat besi dan perubahan Kojosun Sekitar abad ke-4 sebelum masehi, seni-budaya alat besi di terapkan oleh bangsa korea.Pada saat itu, benua Cina menghadapi kekacauan akibat perebutan kekuasaan di antara negara satu sama lain, mengakibatkan pemindahan nenek moyang Bangsa Korea yang bermukim dibagian Barat Laut Cina Daratan ke Kojosun.Seorang pemimpin emigran Korea dari benua Cina bernama wiman, menaklukan raja Jun Kojosun, menjadi raja pada awal abad ke dua SM. Setelah itu, Kojosun terus berkembang melalui penyebarluasan teritorial. Tetapi sgresi kerajaan Han, Cina yang berlangsung selama setahun, mengakibatkan runtuhnya kerajaan kojosun sesaat setelah ibikota Wanggomsong jatuh ketangan kerajaan Han. c. Negara negara lain 1. Penyebarluasan seni-budaya alat besi Setelah runtuhnya kojosun, sejumlah besar pengungsi kojosun yang memiliki seni budaya alat besi disebarluaskan ke seluruh pelosok dalam negeri semenanjung Korea. Berlandaskan seni-budaya alat besi, muncul berbagai kerajaan baru termasuk Buyo, Koguryo, dan 3 Han. 2. Negara-negara di bagian Utara Di sekitar sungai Sungari, Mancuria, kerajaan Buyo muncul dan berkembang. Kerajaan Koguryo berkembang di bagian tengah Yalu, Okjo didirikan di daerah dataran Hamhung, pantai laut timur dan Dongye terletak di bagian selatan Okjo.Okjo dan Buyo akhirnya juga menjadi daerah teritorial Koguryo. 3. Negara-negara dibagian Selatan Disebelah selatan Sungai Han, terdapat negara-negara kecil dan menengah, termasuk 3 Han yakni Mahan, Jinhan, dan Byonhan. Di 3 Han industri pertanian sangat berkembang melalui pembangunan waduk antara lain Byokgolje di Kimje dan Susanje di Miryang. Sementara itu masyarakat 3 Han menikmati adat istiadat untuk menyelenggarakan selamatan sambil menyanyi dan menari pada bulan ke-5 dan ke-10 menurut penanggalan Imlek. B. Perkembangan 3 Kerajaan dan Penyatuan Bangsa Korea 1. Pendirian 3 kerajaan dan kerajaan-kerajaan kuno Negara patriarchal makin lama makin bergabung, menjadi 3 kerajaan. Di wilayan Manchuria dan bagian utara semenanjung Korea, Koguryo mulai berkembang, sementara di tepi Sungai Han dan tanah dataran Kyongju, kerajaan Baekje dan Silla berdiri. Menurut catatan Samguk Sagi, raja Jumong (Dongmyong Songwang) pendiri Koguryo, raja Onjo, pembuka kerajaan Baekje dan raja Pak Hyokgose adalah raja pertama kerajaan Silla. Setelah 3 kerajaan semakin menyederhanakan sistem pemerintahan sentralisasi melalui penggabungan dan penyebaran territorial terhadap negar-negara patriarchal. Maka 3 kerajaan itu berhasil mendirikan kerajaan masing-masing berlandaskan penguatan kekuatan raja. 2. Perkembangan Koguryo dan Baekje Diantara 3 kerajaan, Koguryo berhasil muncul sebagai kerajaan kuno pertama. Setelah Kojosun lenyap dari sehjarah, kekuatan Cina masuk ke wilayah bangsa Korea. Koguryo berhasil muncul sebagai kerajaan kuno sambil bersaing keras dengan kekuatan Cina. Sejak akhir abad pertama Masehi, raja taejo Koguryo meletakkan landasan kokoh kerajaan dan pada awal abad ke-4, raja Michon menaklukan bekas wilayah Nangnang dan berhasil menjangkau kembali bekas wilayah Kojosun dari Cina. Sementara itu, menjelang keruntuhan Kojosun sejumlah pengungsi pindah dari utara ke tepi Sungai Han. Kebanyakan mereka berasal dari Buyo dan Koguryo. Pengungsi ini mendirikan kerajaan Baekje. Asal-usul Baekje dimulai dai Mahan, makin lama makin kuat sebagai suatu kerajaan. Raja Koi pada pertengahan abad ke-3 M, berhasil memperoleh wilayah sekitar sungai Han secara menyeluruh dan meningkatkan kekuatan kerajaan. Raja Kun Chogo pada pertengahan abd ke-4 M, kerajaan Baekje memuncak kejayaannya melalui perluasan wilayah termasuk penggabungan dengan bekas wilayah Mahan, melalui kemenangan perang dengan Koguryo, Baekje berhasil memperoleh wilayah di Propinsi Hwanghae, Paekje memperluas kekuatannya sampai Jepang, Shantung dan Liaohsi di Cina daratan. Pada akhir abad ke-4 M, raja Sosurim mengizinkan kegiatan agama Budha dan membuka sekolah Taehak serta menetapkan peraturan untuk meletakkan landasan kerajaan, meskipun diserang dari Yan Pendahuluan, Cina dan Baekje pada pertengahan abad ke-4. Setelah raja Kwanggaeto dan Jangsu, kerajaan Koguryo berhasil memperoleh hegemoni di bagian timur Laut Asia berlandaskan penyebarlausan wilayahnya. Di bawah kekuatan raja Kwanggaeto, Koguryo memperoleh wilayah sebelah timur Liao Ho, Mancuria menaklukkan wilayah bagian utara sungai Han melalui kemenangan dalam perang dengan Baekje dan menghancurkan invasi Jepang ke kerajaan Silla. Raja Jangsu pada abad ke-5 M, memindahkan ibukotanya dari Kuknaesong ke Pyonyang dan menyerbu Baekje untuk memperoleh wilayah di bagian tengah smenenajung Korea. Pada abad 5 M, Baekje terpaksa memindahkan ibukotanya ke Ungjin akibat gagal mempertahankan invasi Koguryo ke arah selatan. Pada abad 6 M raja Song memindahkan lagi ibukotanya ke Sabisong seraya memulihkan kembali kekuatan kerajaan melalui pembangkitan kembali semangat restorasi. Raja Song mengaktifkan pertukaran kebudayaan dengan kerajaan-kerajaan di bagian selatan Cina dan memperkenalkan agama Budha pada masyarakat Jepang. Pada saat itu Baekje berhasil memperoleh kembali wilayah di sekitar Sungai Han dari tangan Koguryo melalui penggabungan kekuatan dengan Silla, tapi dalam waktu singkat Silla menjangkau wilayah ini dengan kekerasan. 3. Perkembangan Silla dan Perubahan Kayya Saroguk yang dikembangkan di areal Kyongju, menjadi landasan pertama bagi Silla. Sejak abad pertama, Silla mulai berkembang melalui penggabungan wilayah dan raja Naemul pada akhir abad 4. Sejak raja Naemul, marga Kim menjadi raja secara turun-temurun dan gelar Isagum yang mempunyai arti pewaris kekuatan dirubah menjadi Maribgan, pemimpin agung sebagai gelar raja. Pada saat itu, atas bantuan raja Kwanggaeto, Koguryo dan Silla berhasil memblokir invasi Jepang. Setelah itu Silla mengusir kekauatan Koguryo dari wilayah mereka dengan penggabungan kekuatan dengan Baekje. Sementara itu di daerah muara Sungai Naktong, muncul konfederasi 6 Kayya antara lain Kumgwan Kayya di daerah Kimhae dan Dae Kaya di daerah Koryong. Meskipun kekuatan Kayyapernah mengancam kekuatan Silla bahakan menyeberlluaskan kekuatannya sampai kepulaun Jepang, tetapi akhirnya Kayya ditaklukan oleh Silla. Pada abad ke-6, Silla muncul sebagai kerajaan kuat, meskipun kelahirannya paling lambat disbanding 2 kerajaan lainnya. Raja Jinhung menetapkan nama Silla sebagai nama resmi kerajaan dan mengubah gelar Maripkan menjadi Wang, artinya raja. Raja Bophung secara resmi mengakui agama Budha dan mengumumkan serangkaian peraturan kerajaan. Raja Jinhung berhasil menjangkau daerah sekitar sungai Han dan Naktong seraya menyebarluaskan wilayah sampai dataran Hamhung. C. Penyatuan 3 Kerajaan oleh Silla 1. Perang Salsu dan kemenangak Koguryo di Benteng Anshi Sesaat setelah Silla memperoleh wilayah di sekitar sungai Han pada kahir abad 6 M, Koguryo dan Baekje menggabungkan kekuatan bilateral untuk menghadapi kekuatan Silla. Penggabungan kekuatan antara Koguryo dan Baekje mendorong Silla mendekati Cina. Pada saat Cina dipersatukan oleh kerajaan Sui, kerajaan Sui beberapa kali menyerang Koguryo tapi masyarakat Koguryo berhasil mengatasi serbuan dari Cina berlandaskan daya tempur dari segala lapisan masyarakat. Khusunya panglima Ulji Mundok yang memimpin 300ribu pasukan gerak cepat dan berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Sui yang berjumlah 1juta 130ribu orang dibawah perintah Kaisar Yangdi di medan perang Salsu. Kemenangan ini merupakan suatu kejayaan Bangsa Korea dalam sejarahnya. Setelah kerajaan Sui di Cina, Kerajaan Tang muncul dan membuka hubungan persahabatan dengan Koguryo, tapi ketika kaisar Tai Tsung naik tahta siap memulai serbuan ke Koguryo. Di Koguryo, Yon Kaesomun menguasai kekauasaannya, bertentangan keras menghadapi serangan kerajaan Tang. Kaisar Tai Tsung memimpin pasukan raksasa untuk menyerbu Koguryo. Benteng Anshi diserbu selam 60 hari tapi akhirnya baik pasukan Koguryo maupun penduduk Benteng Anshi berhasil menaklukkan invasi Kerajaan Tang tahun 645 M. Kemenangan benteng Anshi mencerminkan kemenangan Koguryo berlandaskan penyatuan kekuatan kerajaan Koguryo. 2. Runtuhnya kerajaan Baekje dan Koguryo Kerajaan Silla yang berlokasi terpencil di semenanjung Korea, melalui penggabungan kekuatan dengan kerajaan Tang, menghadapi kekuatan kerajaan Koguryo dan Baekje. Gabungan pasukan Silla dan Tang terlebih dahulu menyerbu Baekje. Meskipun panglima besar Baekje, jendral Kyebaek berani menghadapi invasi pasukan Silla yang dipimpin jendral Kim Yu Sin, tapi akhirnya pasukan gabungan Silla dan Tang menguasai benteng Sabi, ibukota kerajaan Baekje tahun 660 M. Sementara itu, setelah Yon Kaesomun meninggal dunia, do kerajaan Koguryo muncul konfrontasi intern diantara kalangan pemimpin kerajaan. Dengan menggunakan kesempatan itu, pasukan gabungan Silla dan Tang mulai menyerbu Koguryo dan akhirnya ibukota Koguryo, Pyongyang ditaklukkan, meskipun sejumlah besar penduduk Koguryo berlawanan selama setahun(tahun 668). 3. Perang antara Silla dengan kerajaan Tang dan penyatuan 3 kerajaan oleh Silla Setelah runtuhnya kerajaan Baekje dan Koguryo, kerajaan Tang berkhayal untuk menguasai wilayah 2 kerajaan tersebut bahkan mencoba menaklukkan Silla. Menanggapi percobaan kerajaan Tang, selam kurang lebih 10 tahun, atas bantuan pengungsi kerajaan Baekje dan Koguryo, kerajaan Silla melancarkan perang melawan Tang. Setelah berhasil mengalahkan pasukan darat Tang di benteng Maecho, pasukan Silla berhasil menang dalam pertempuran di muara sungai KUm, akhirnya berhasil mengusir pasukan Tang dari semenanjung Korea, membawa penyatuan 3 kerajaan oleh Silla(tahun 676). Meskipun penyatuan 3 kerajaan oleh Silla belum disempurnakan karena terbatasnya garis perbatasan di sebelah selatan dari sungai Daedong dan teluk Wonson, tapi meletakkan landasan kokoh untuk mengembangkan suatu negara dan kebudayaan nasional di semenanjung Korea. D. Sosial dan Seni Budaya di 3 Kerajaan 1. Masyarakat dan perekonomian Di masa 3 kerajaan, pembagian golongan masyarakat yang terdiri dari bangsawan, penduduk awam dan kaum rendahan. Kaum bangsawan termasuk anggota keluarga raja memgang hak mutlak baik dalam bidang politik, seni budaya dan ekonomi. Sebagian besar penduduk awam bekerja sebagai petani yang memiliki sawah sendiri, berkewajiban membayar pajak dan dipanggil kerajaan sebagai tenaga kerja proyek pembangunan kerajaan. Sementara kaum rendahan yang terdiri daribudak dan hamba membentuk lapisan masyarakat paling rendah, bugok. Anggota keluarga raja membentuk kaum pemimpin. Di Koguryo marga Ko dari Kerubu menjadi anggota keluarga royal. Di Baekje marga Buyo menjadi anggota royal, di Silla pada tahap awal terdapat 3 marga yaitu Park, Sok dan Kim yang secara bergiliran menjadi raja. Tetapi sejak raja Naemul, marga Kim terus memegang tahta selama-lamanya. Sementara itu di Silla terdapat Kolpum, sistem pembagian status personal. Di dalam sistem kolpum, terdiri dari Songgol dan Jingol sebagai keluarga royal, serta 6,5,4 Dupum kelas bangsawan. Dan terdapat banyak personal yang berasal dari 6 Dulpum yang aktif di bidang pelajaran dan keagamaan. Selain itu, di Silla terdapat suatu konferensi yang bernama Hwabaek dimana mengesahkan berbagai urusan nasional secara bulat dengan dihadiri langsung wakil bangsawan. Kerajaan Silla membentuk pula suatu organisasi pemuda yang disebut Hwarangso yang makna memberikan latihan baik jasmani maupun rohani secra intensif untuk memlihara tulang. E. Pengembangan dan Kemerosotan Silla Bersatu 1. Pembaharuan sistem politik Setelah menggabungkan 3 kerajaan, Silla bersatu menstabilkan baik segi politik maupun sosial melalui pembaharuan peraturan dan ketertiban. Sejak unifikasi 3 kerajaan, aliran raja Muyol tetap memgang mahkota seraya meningkatkan kekuatan kerajaan, sedangkan kekuatan bangsawan semakin lemah. Oleh karena itu kekuatan jabatan Sijung yang bertugas untuk melaksanakan perintah raja lebih hebat daripada kekuatan Sangdaedung, wakil dari kelompok bangsawan. Melangkah bersama pengembangan sosial berbagai kantor pemerintah dibangun dan Kukhak untuk memberikan kuliah ajaran Konghucu dibuka. Pada masa raj Sinmun sistem pemerintah daerah diperbaharui dengan penetapan 9 propinsi dan 5 kota kecil. Seluruh wilayah kerajaan Silla bersatu dibagi 9 propinsi dan dibawahnya kabupaten dan kecamatan serta 5 kota kecil ditetapkan di pusat daerah sebagai landasan politik dan kebudayaan daerah. Sementara itu Silla bersatu menguatkan sistem pertahanan melalui penempatan 9 Sodang di ibukota dan 10 Jong ditempat-tempat strategis di 9 propinsi. 2. Kegiatan perekonomian berlandaskan kepentingan kaum ningrat Perekonomian Silla dikembangkan melalui tangan ningrat. Kaum ningrat menerima sejumlah besar tanah dari raja bahkan memiliki padang rumput yangluas di pulau daerah pegunungan. Sementar itu kaum bangsawan memiliki banyak budak pribadi bahkan menambahkan kekayaannya melalui pemberian uang pinjaman dengan suku bunga yang tinggi. Dengan kekayaan yang berlimpah, kaum bangsawan menikmati kegembiraan dan kemewahan tanpa memikirkan kepentingan kerajaan. Oleh karena itu makin lama makin lenyap semangat dan tekad kuat masyarakat Silla. Sementara itu kaum petani, kaum rendahan yang tinggal di daerah istimewa, yaitu Hyang, So dan Bugok, tetap melanjutkan kelangsungan hidup tanpa harapan akibat semakin meningkatnya beban terhadap kerajaan dan kaum ningrat. Kerajaan Silla 3 tahun sekali melaksanakan investigasi terhadap luas tanah, jumlah populasi, hewan dan pepohonan untuk mengontrol tenaga kerja dan sumber-sumber ekonomi secara seksama. 3. Perubahan sosial menjelang runtuhnya Silla Sejak unifikasi 3 kerajaan selama 100 athun, Silla Bersatu memuncak kejayaannya tapi memasuki akhir abad ke-8 Silla menghadapi kekacauan karena putusnya lairan raja Muyol setelah wafatnya raja Hyegong dan semakin hebatnya perebutan tahta antara kaum bangsawan Jingol. Dengan demikian menjelang runtuhnya Silla BErsatu selam 150 tahun, 20 orang raja turun naik mahkota mengakibatkan kekacauan serius dalam masyarakat. Sementara itu di daerah beremunculan penghianatana Kim Hyon Chang mendorong semakin melemahkan kerajaan. Mislanya Jang Bo Go yang berhasil menjangkau hegemoni di jalur pelayaran di Laut Selatan dan Barat, membentuk suatu kekuatan maritime yang memegang monopoli perdagangan laut dengan Tang di kepulauan Jepang. Kekuatan daerah semakin berdiri sendiri sebagai kepala benteng atau jendral, memainkan peran utama untuk menghancurkan sistem pemerintahan kerajaan Silla Bersatu. Sementara itu, keum petani yang semakin miskin jatuh sebagai budak atau perampok. Selama masa ratu Jinsong, serangkaian pemberontakan kaum petani mengakibatkan perang sipil. F. Pendirian Kerajaan Balhae dan Kedudukannya di Manchuria 1. Pendirian Balhae dan sistem politik Setelah runtuhnya kerajaan Koguryo di daerah Manchuria bermunculan gerakan restorasi oleh kaum pengungsi Koguryo. Dae Joyong, bekas jendral Koguryo memimpin pengungsi Koguryo dan suku Mohe, mendirikan kerajaan di Tungmiaoshan, Tunhwahsien, propinsi Jinlin, Cina tahun 698 dengan nama kerajaan Chin. Kemudian dirubah namanya menjadi Balhae. Kerajaan Balhae berkembang pesat sebagai kerajaan raksasa melalui perolehan kembali bekas wilayah Koguryo, propinsi Mancuria dan bagian utara semenanjung Korea. Kaum pemimpin kerajaan Balhae dikuasai oleh pengungsi Koguryo dan Suku Mohe. Pada awalnya, Balhae menganggap dirinya sebagai pewaris Koguryo, terus mengadakan konfrontasi dengan kerajaan Tang dan Silla. Sementara menjalin hubungan baik dengan Jepang dan Turkestan. Setelah itu pada pertengahan abad ke-8, raja Mun membuka hubungan akrab dengan kerajaan Tang melalui pertukaran kebudayaan maupun barang ekonomis. Sistem pemerintahan Balhae yang diterapkan Kerajaan Tang, terdiri 3 departemen, amsing-masing Jongdangsong, Sonjosong dan Jungdaesong serta dibawahnya terdiri 6 bagian. Meski mirip dengan sistem Kerajaan Tang dalam pelaksanaannya, Balhae memperlihatkan kekhasan sendiri. Serangkaian masalah nasional yang penting dibahas dan ditetapkan dalam konfrensi Jongdangsong dihadiri langsung sejumlah besar bangsawan. Sistem pemerintahan daerah Balhae terdiri 5 kota, 15 Propinsi dan 62 daerah dan di setiap propinsi dan daerah dipimpin langsung oleh petugas yang dikirim dari pusat. 2. Masa kejayaan dan kemerosotan Balhae Pada awal abad ke-9 masa raja Son, kerajaan Balhae mencapai puncak kejayaan. Wilayah Balhae mencapai ke utara sampai sungai Heilung, ke selatan daerah Yonhung, propinsi Hamkyong Selatan, ke timur propinsi maritime dan ke barat sampai Kaiyuan. Melalui penerapan seni budaya dari kerajaan Tang, kerajaan Balhae berhasil mengembangkan kebuadayaannya yang disebut Haedong Songuk(negara yang bijaksana di bagian timur). Namun, sejak masa raja Son, sering terjadi konflik diantara kaum pemimpin dan timbul konfrontasi antara masyarakat Koguryo dengan suku Mohe, mengakibatkan kelemahan kekuatan kerajaan. Sementara itu kekuatan Khitan yang terletak di bagian barat Balhae semakin meningkat. Khitan menyerbu dan menaklukkan kerajaan Balhae tahun 926. Setelah runtuhnya kerajaan Balhae, wilayah Mancuria lenyap dari sejarah Bangsa Korea. 3. Seni Budaya Balhae Secara tradisi, kebudayaan Balhae dikembangkan berlandaskan seni budaya kerajaan Koguryo serta diterapkan kebudayaan tingkat tinggi dari Tang. Ibukota kerajaan Balhae, Sanggyong selama waktu yang lama menjadi pusat kebudayaan bangsawan dan kebudayaan Mancuria. Kerajaan Balhae membuka Jujagam untuk mengajar ilmu Konghucu dan kesusasteraan Cina serta mengirim sejumlah besar anak kaum bangsawan ke Cina untuk mempelajari berbagai ilmu. Dengan kecenderungan serupa, ilmu Konghucu dan sastra Cina di Balhae berkembang pesat. BAtu nisan kuburan putri raja Jonghye, bertuliskan kalimat huruf Cina yang indah. Sebagai penyair kerajaan Balhae, Yang Tae-sa, Wong Hyo-ryom, Injong dan Jongso sangat terkenal. Mereka berlayar ke Jepang dan menciptakan beberapa syair yang masih diabacakan oleh masyarakat Jepang. Meskipun agama Budha berkembang pesat, tetapi kini hanya terdapat beberapa tempat peninggalan sejarahnya. Kaum biarawan pada masa Balhae memgang status tinggi, memainkan peranan penting bukan hanya bidang keagamaan tapi juga diplomatic. Penyair Injong dan Jongso juga berasal dari kaum Biksu yang pernah dikirim ke Jepang sebagai delagasi diplomatik. Senilukis Balhae tetap memperlihatkan pengaruh kerajaan Koguryo yang penuh dinamika sambil menunjukkan kehalusan dan keindahan. Patung Budha dan genteng atap bergambar bunga teratai terbuat dari tanah yang digali di Sanggyong, memperlihatkan seni budaya kerajaan Koguryo. G. Penyatuan Kembali dan Pertahanan Hak Otonomi Bangsa Korea 1. Pendirian kerajaan Koryo dan penyatuan kembali Bangsa Korea Pada akhir abad ke-9 di terotorial bekas kerajaan Baekje, Kyon Hwon mendirikan kerajaan Paska Baekje dan Kunhye mendirikan kerajaan Koguryo di bekas kerajaan, megakibatka teritorial kerajaan silla terbagi menjadi 3 kerajaan. Diantara 3 kerajaan, raja Kungye memegan kekuatan paling besar, tapi ia diusir oleh anak buahnya dan wangkon berhasil mendirikan kerajaan baru, koryo setelah meyujudkan reunifikasi 3 pasca kerajaan ( taun 918) Wang Kon, Raja Taej menetapkan nama kerajaan Koeyo yang mencerminkan semangat akan mewariskan kerajaan koguryo, memindahkan ibu kotanya dari Cholwon ke Song-ak(Kaseong), kampung halamannya sendiri. Raja terakhir kerajaan , Kyongsun, setelah menydari semakin jauhnya sentimen masyrakat, ia meyerahkan mahkota kepada koryo ( tahun 953). Setelah itu, kerajaan koryo meyerang kerajaan pasca Baekje dan berhasil memperoleh kemenangan mutlak (tahun 93). Maka dari itu, Koryo berhasil menuntaskan kekacauan dari 3 pasca kerajaan yang berlangsung selama 40 tahun. Menjelang runtuhnya kerajaan Balhae, sejumlah besar kalangan pemimpin Balhae, aliran Koguryo meminta perlindungan kerajaan Koryo. Raja Taejo melancarkan kebijaksanaan memandang Utara dalam pemulihan kembali bekas teritori kerajaan Koguryo. Pada Akhir masa raja Taejo, teritorial Koryo diperluas sampai sungai Chongchon dan Yonghun. 2. Pembentukan sistem pemerintahan Raja Songjong berhasil meletakkan sistem sentralisasi politik melalui perbaharuan segala peraturan dan ketertiban. Dia menyutamakan ajaran Konghuchu sebagai ide politik sesuai dengan saran sarjana Choe Sung-no seraya memperbaiki struktur administrasi baik pusat maupun daerah. Sebagai organisasi politik pusat, raja Songjong menetapkan Naesa Munhasong , Sangsosong dan Jungchuwon. Jung Munhasin mengurus dan membahas kebijaksanaan kerajaan, Sangsosong mengelola administrasi dengan pembagian 6 departemen, masing-masing departemen personal, militer, perbendaharaan, kehakiman, tatacara dan kontruksi. Sementara itu, Dobyongmasa (komando militer ) yang terdiri dari pejabat tinggi dari Munhasong dan Jungso Munhasong dan Jungchuwon, membahas dan memutuskan kebijaksanaan penting. Dobyongmasa di rubah menjadi Dopyonguisasa pada akhir kerajaan Koryo, sebagai dewan tertinggi kerajaan. Pada awal kerajaan Koryo, adminitrasi daerah di kuasai oleh hak otonomi pimimpin daerah. Tetapi raja Songjong menetpkan 12 divisi di setiap daerahdan mengirim gubernur untuk mengurus administrasi daerah. Setelah itu, struktur organisasi daerah terus berkembang dengan pembagian 5 propinsi dan 2 propinsi khusus. Untuk 2 propinsi khusus kerajaan mengirimkan gubernur ke seiap propinsi yang terdiri dari kabupaten, kecamatan dan desa. Sementara itu, kaum masyarakat rendah tinggal di daerah khusus antara lain Hyang, So dan Bugok. Struktur kemiliteran terdiri dari 2 pasukan dan 6 pengawal sebagai organisasi meliter pusat. 2 pasukan bertindak sebagai pengawal raja dan 6 pengawal bertugas untuk mempertahankan keamanan ibukota dan perbatasan. Sistem di perbaiki berlandaskan peraturan Jonsi pada masa raja Kyongjong. Raja Mokjong menetapkan peraturan jabatan kerajaan yang terdiri dari 18 tingkat berlandaskan pebedaan penyerahan tanah. Apabila petugas kerajaan meninggal dunia, tanah itu secara prinsip di kembalikan kepada kerajaan. 3. Sosial bangsawan berlandaskan keturunan Pada masa kerajaaan Koryo, masyarkat mementingkan keterunan keluargan. Orang yang lahir dari keluarga berstatus tinggi, ia memegang berbagai hak istimewa sebagai bangsawan. Masyarakat Koryo terdiri dari 4 lapisan, masing-masing tingkat tinggi termasuk anggota keluarga raja dan bangsawan, tingkat menengah termasuk pejabat tingkat rendah, petugas urusan keahlian, anggota militer tinggkat rendah termasuk kaum petani dan tingkat palig rendah adalah kaum budak. 4. Penguasaan kaum kesyatria dan perubahan dimensi kekuatan pilitik Memasuki abad ke-12, kerajaan Koryo menghadapai berbagai kemelut. Seorang dari anggora keluarga ratu, Yi Ja-gyum melancarkan penghianata taun 1126 dan Myochong melalukan gerakan pemindahan ibukota ke Sogyong (Pyongyang sekarang) namun kekacauan serupa dapat di tuntaskan segala kontradiksi dan kesalahn kaum bangsawan sama sekali tidak dierbaiki. Bahakan golongan pejabat sipil tetap menghina pejabat kesyatria tak henti-hentinya. 5. Perjuangan terhadap bangsa bagian utara Selama masa kerajaan Koryo, suku-suku di bagian utara antara ain Khitan, Nuzhen dan Monggol tetap kuat. Koryo terus barsaing keras dengan suku-suku itu dalam rangka mempertahankan homogenitas baik negara maupun bangsa. Sejak awal kerajaan, Koryo melancarkan kebjaksanaan memndang utar. Khitan yang berlawanan dengan kerajaan Sug, Cina, sering menyerbu Koryo yang tetap menjalin hubungan baik dengan Sung. So Hee pada masa raja Songjong berhasil memperoleh tanah di 6 desa sekitar ungai Yalu melalui negoisasi langsung dengan jendral Khitan. Jendral Kan Kam-chan pada masa raja Hyonjong, berhasil menghancurkan serbuan ke-3 oleh pasukan Khitan. Suku Nuzhen menyebarluaskan kekuatannya sampai garis perbatasan bagian timur laut Koryo. Suku Nuzhen yang semakin meningkat kekuatannya, akhinya mendirikan kerajaan Jin yang menyuasai teritorial bagian utara cina. Monggol terus meningkatkan tekanan terhadap Koryo termasuk permintaan upeti yang berlebihan, dan akhirnya mengimvasi secara besar-besaran ke Koryo tahun 1231.kerusuhan di pulau Kanghwa di antara kaum militer, mendorong jatuhnya kediktatoran militer Koryo sekaligus membangktkan suasana kompromi antara Koryo dengan Mongol. Raja Kongmin menyerang Sasangsongchongkwanbu dan berhasil memulihkan kembali tanah di bagian Utara Chollyong. Selain itu, raja Kongmin merestorasi organisasi kepegawaian, mengusir kaum pro-Yuan dan melarang adat-istiadat Mongol. Raja Kongmin juga berusaha untuk membebaskan budak dan mengembalikan tanah kepada pemilik asli yang dirampok secara ilegal oleh kaum bangsawan. H. Pengembangan Kesenian Koryo 1. Pelebaran jangkauan seni-budaya Memasuki kerajaan Koryo, partisipasi sejumlah besar pemimpin daerah di kancah politik pusat.kaum bangsawan itu muncul sebagai pendorong uatama bagi pengembangan seni-budaya Koryo. Oleh karena itu, kebudayaan kerajaan koryo lebih bervariasi dari pada kerajaan silla yang membatasi kehadiran peran untuk mengembangakan kebudayaan berlandaskan sistem Kolpum. Seni budaya Agama Budha pun terus berkembang. Sementar itu, Koryo menerima ilmu pengetahuan dan teknologi dari dunia arab melalui Yuan, berhasil melebarkan jangkauan seni- budaya 2. Pengembangan ajaran Konghuchu dan ilmu sejarah Ujian bagi pemilihan pegawai sipil mulai disenggarakan pada masa raja Kwangjong melaui evaluasi terhadap kemampuan penghafalan terhadap isi buku-buku ajaran Konghuchu dan kesustraan cina, mengakibatkan perkembangan ilmu Konghuchu dan kesustraan cina. Raja Yejong berusaha untuk mengembangkan pendidikan nasional melalui pendapatan Yanghyongo, semacam bea siswa bagi kerajaan dan membuka kuliah khusus di Kukjagam untuk meningkatkan mtu pendidikan. I. Perkembangan Politik dan Sosial 1. Pendirian kerajaan Chosun dan pertumbuhan tahap permulaan Kaum ilmuan maupun kaum kesyatria mencari jalan untuk membangun sesuatu negara baru dalam suasana gawat dan krisis pada masa menjelang runtuhnya kerajaan Koryo.melaui pemulangan pasukan dari pulau Wihwa, kaum pemimpin baru berhasil memegang kekusaan politik dan militer serta mengusir bekas kaum bangsawan pada masa Koryo seraya melakukan kebijakan pertanahan baru untuk meningkatkan kekuatan mereka di bidang perekonomian. Setelah itu kaum sarjana sipil yang dipimpin oleh Jong Do-jon dan mengangkat Yi Song-gye sebagai raja pertama bagi kerajaan baru pada tahun 1392 Negara yang baru di tetapkan Chosun sebagai nama kerajaan baru. Hal itu mencermikan semangat akan mewariskan tradisi Kojosun. setelah itu, Hanyang di tetapkan sebagai ibukota kerajaan dan berusaha menstabilkan kehidupan masyarakat.kerajaan Chosun menetapkan kebijaksanaan utama antara lain politik konghuchu, industri pertanian dan pro kerajaan Ming, cina. Ilmu Konghuchu menjadi teori untuk memerintah kerajaan, perkembangan industri pertanian menghasilkan peningkatan pendapatan nasional serta menstabilkan kehidupan masyarakat dan kebijaksanaan pro Ming membawakan keamanan nasional. Selain itu, pada masa itu, teritorial korea ditetapkan seperti halnya sekarang. Pada masa raja Sejong berhasil memulihkan bekas teritorial di sekitar sungai Yalu dan Tumen melalui pembangunan 4 Kun dan 6 Jin setelah mengusir suku Nuzhen. Kerajaan berusaha untuk mengembangkan negara secara seimbang melalui transmigrasi penduduk di bagian Selatan ke bagian Utara. Serangkaian kebijaksanaan reformasi raja Taejong menjadi landasan kokoh untuk perkembangan kebudayaan Bangsa dan penyebarluasan tutorial di kemudian hari oleh raja Sejong dan menyumbangkan kestabilan kerajaan Chosun dan pembentukan sistem pemerintahan sentralisasi. Uijongbu merupakan administrasi tertinggi kerajaan Chosun yang terdiri dari jabatan Yonguijong, Jwauijong dan Uuijong, bertugas untuk menetapkan kebijaksanaan kerajaan melalui kesepakatan trilateral sesuai dengan perintah raja. Di bawah Uijongbu terdapat 6 departemen untuk mengurus hal-hal antara lain, personal, keuangan, tatacara, kehakiman dan pekerjaan umum sebagai badan pelaksana kebijaksanaan. Selain itu, kerajaan Chosun mendirikan pelbagai instansi termasuk Sahonbu, Sanganwon dan Homungwan untuk mendukung kebijaksanaan. Sebagai organisasi administrasi daerah, kerajaan Chosun membagi teritorial dengan 8 propinsi dan setiap propinsi dikuasai oleh gubernur yang dikiri langsung dari pusat. 2. Bangsawan dan teknokrat Yangban( bangsawan) menjadi goongan pemimpin ada masa kerajaan Chosun. Nama asli Yangban mengambil dari sebutan Mungwan dan Mugwan yang semakin meningkatkan wewenangnya sebagai lapisan masyarakat khusus. Kaum Yangban tidak membaktikan usahanya di dalam kegiatan produksi selain mencurahkan upayanya untuk memperdalam pengetahuan tetang ajaran ilmu Konghuchu berlandaskan etika Konghuchu. 3. Kebijaksanaan pertanian dan petani Kerajaan Chosun juga menetapkan pertanian sebagai kebijaksanaan induk seperti halnya tradisi dari kerajaan-kerajaan sebelumnya. Kaum petani pada masa Chosun terbagi 2 golongan masing-masing petani yang memiliki tanah sendiri atau petani yang meminjam tanah dari si pemilik tanah. Kaum petani yang meminjam tanah dari orang lain menyerahkan separo hasil panen kepada pemilik tanah sebagai pembayaran. 4. Pedagangan, industry, kerajinan, komunikasi dan transprotasi Industri pertanian pada tahap permualaan kerajaan Chosun berkembang aktif berkat adanya kebijaksanaan terpadu berlandaskan semangat swasemabada tapi kegiatan perdagangan dan industry kerajinan tangan agak merosot dibandingakan dengan industry pertanian. Ibukota dan kota-kota administrasi di daerah menjadi tempat kegiatan perdagangan. Di ibukota Hanyang (Seoul sekarang) ada berbagai pasar termasuk took Yukuijon milik kerajaan dimana memasok kebutuhan barang-barang ekonomis kepada sitana dan memgang hak monopoli untuk berjaulan barang tertentu. Di setiap daerah terdapat pasar, termasuk pasar yang dibuka 5 hari sekali, tapi kegiatan tidak begitu aktif. Kaum pedagang Bobusang semacam penjaja melancarkan kegiatan jual beli barang ekonomis. Industri kerajinan tangan milik pemerintah menjadi pusat industri kerajinan tangan. Sejumlah ahli bergabung dengan instansi pemerintah pusat maupun daerah untuk memproduksi berbagai barang antara lain senjata, balok cetak, alat tulis dan keramik. Bahan pangan ytang dipungut dari setiap daerah dikirim ke ibukota lewat organisasi transportasi Juwun. Pembayaran pajak berupa pangan ditumpuk dulu gudang yang terletak di tepi sungai atau pantai kemudian dikirim ke ibukota melalui pengangkutan kapal laut. 5. Kebijaksanaan berorientasi ajaran Konghucu dan pendidikan Kerajaan Chosun adalah Negara kekuatan sentralisasi bersifat Konghucu berlandaskan ilmu metafisika. Ide politik Chosun perwujudan Negara demokrasi berlandaskan kekuatan raja. Maka dari itu, Yangban, kaum elit social selalu berusaha untuk memperdalam pelajaran ilmu Konghucu dalam rangka mencari kesempatan untuk menjadi birokrat(Mungwan)melalui ujian yang mementingkan ilmu Konghucu. Kaum pemimpin Chosun menekan dan mendesak kepercayaan tradisi masyarakat awam dan agama Budha karena tetap mengutamakan kebijaksanaan berlandaskan ilmu Konghucu. Namun demikian masyarakat awam khususnya golongan wanita tetap condong pada agama Budha untuk melanjutkan kelangsungan agama Budha. Sementara itu kerajaan memerintahkan pematuhan masyarakat terhadap tatacara Zhuzi yang mana menetapkan prosedur penyelenggaraan upacara kedewasaan, pernikahan, penguburan dan selamatan, mendorong semakin tersebarluasnya tatacara upacara berlandaskan ajaran Konghucu. Sejak Masa akhir kerajaan Chosun, keberhasilan baiksegi sosial maupn ekonomi selama itu, gagal menggabubgkan dengan modernisasi bahkan hak kedaulatan nasional diancam serbuan oleh negara-negara adi kuasa khususnya Jepang.Meskipun menghadapi halangan dalam prosedur reformasi baik segi politik maupun sosial akibat ancaman dari kekutan asing, Bangsa Korea giat menyerap Siviliasi modern untuk meletakkan kerangka kebudayaan modern Korea. Gerakan Refrmasi Modern 1. Restrukturisasi politik dalam negeri dan penaklukan agresi dari luar Menjelang tahun 1860, kerajaan Chosun menghadapi berbagai kesulitan baik intern yaitu pemegang hegemoni kekutan politik oleh kaum bangsawan tertentu selam kurang lrbih 60 tahun menggoncang kedisiplinan nasional, menimbulkan kemiskinan rakyat dan mendorong pemberontakan sipil di seluruh pelosok dalam negeri.kerajaan mencoba menstabilkan kehidupan rakyat, membetulkan kedisiplinan politik dan mempertahankan agresi dari kekuatan dunia Barat.Dia mengangkat sejumlah besar sarjana sebagai birokrat tanpa mempertimbangkan faksi politik dan keturunan keluarga serta memperbaharui sistem perpajakan untuk meringankan bean masyarakat seraya memperkokoh landasan keuangan negara.Di bawah kepemimpinan Hungson, baik pemerintahan maupun masyarakat berani menghadapi infiltrasi dari luar negeri.Pasukan pengawal kerajaan Chosun di pulau khangwa, pintu masuk DKI Chosun berhasil menakhlukan serbuan masyarakat prancis yang datang dengan dalih menyebarkan agama katholik.Kebijakan anti dunia barat oleh Hungson disambut hangat oleh masyarakat yang merasa khawatir terhadap invasi dari luar negeri. 2. Pembukaan Pelabuhan dan Kebijaksanaan pencerahan Setelah Hungson mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pengawas kerajaan selama 10 tahun, perolehan kekuatan politik oleh kaum yang condong pendekatan dunia barat, merubah secara drastis kebijaksanaan diplomatik Chosun menjadi kebijaksanaan pintu terbuka.Akhirnya kerajaan Chosun mencapai perjanjian jalinan hubungan diplomatik dengan Jepang.Messkipun kerajaan Chosun berhasil muncul di pergaulan masyarakat internasional melali pencapaian perjanjian dengan luar negeri tapi perjanjian itu dicapai dengan syarat tak seimbang yang merugikan posisi Chosun.Setelah mencapai perjanjian hubungan dengan dunia luar , chosun berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan berbagai siviliasi dunia barat.Pemerintahan Chosun mengirim delegasipejabat termasuk Park-Jong yang ke Jepang untuk meninjau organisasi modern dan fasilitas-fasilitas industri setempat.Pemerintah Chosun memperbaharui sistem politikdan militer dalam rangka memudahkan penerapan siviliasi modern dari dunia luar.Membentuk 12 buah departemen di bawah kepemimpinan Tongnigimuamun untuk menangani urusan antara lain diplomatik, militer dan perindustrian. 3. Pemberontakan militer tahun 1882 Sejumlah besar sarjan ilmu Konhhucu menentang keras terhadapkebijaksanaan pemerintah yang mengutamakan penerapan siviliasi dunia luar.Kaum sarjana konghucu yang hebat rasa percaya diri sendiri menuntut penahanan homogenitas Bangsa Korea karena kebudayaan, tradisi dan sistem Chosun lebih unggul dari pada apa yang disebut siviliasi dunia barat.Dalam suasana hangat dan labildi antara gerakan pencerahan dan pengusiran kekuatan dunia barat, pemberontakan militer imo (tahun 1882) terpecah.Kaum pasukan lama berhasil mengusir anggota keluarga marga min,sanak famili permaisuri yang selama itu melancarkan kebijaksanaan refomasi dan pengangkatan Hungson sebagai pemimpin baru.namun pada akhirnya keluarga min berhasil mendapatkan kembali hak kekuatan politik. 4. Kudeta oleh golongan Reformasi Keluarga Min yang berhasil memperoleh kembali kekuatan politik atas bantuan Qing, secara bertahap melaksanakan kebijakan reformasi melalui pengangkatan birokrat moderat.Pada waktu itu golongan progresif radikal termasuk Kim Ok kyun melalui pengambilan langkah drastis mencoba mereformasi baik bidnag politik maupun sosial secara besar-besaran.Golongan progresif radikal mencoba kebijaksanaan reformasi di segai bidang termsuk pengangkatan pejabat baru untuk mewujudkan negara yang kuat dan sejahtera.Namun demikian serangkaian kebijaksanaan reformasi tersebut akhirnya menghadapi jalan buntu akibat golongan reformasi radikal diusir oleh kaum konservatif yang menerima dukungan Qing.Penyebak utama kegagalan kudeta yaitu kurangnya reputasi dari masyarakat umum akibat belum mengadakan persiapan seksama dan menerima dukungan Jepan yang mdah bermuka dua. 5. Gerakan Donghak Pemerintsh Chosun menggunakan kekuatan Rusia untuk mengontrol kekuatan Qing dan Jepang.Tetapi Inggris sebagai reaksi terhadap ekpansi kekutan Rusia mengirim armada ke pulau Kumon, Chosun, dan Membuka pangkalan angkatan laut setempat.Setelah menegaskan tekad Rusia yang tidak menyerang teritorial Chosun armada inggris di tarik kembali.Dalam situasi kacau serupagerakan Donghak salah satu agama baru semakin disebarluaskan diantara masyarakat umum.Gerakan penganut Donghak bermunculan di seluruh pelosok dalam negeri Chosun setelah pemberontakan Kobu (Tahun 1894) penyiksaan dan pengisapan bupati Jo Byong-Kap terhadap penduduk setempat, menjadi penyebab utama mencetuskan gerakan penganut Donghak dan kerajaan Chosun secara membabi buta menidih gerakan itu menyebarluaskan keseluruh pelosok negeri dengan partisipasi sejumlah besar petani dari propinsi jolla.Pemerintah Chosun segera meminta pengiriman pasukan Qing untuk menghancurkan kekuatan pasukan Donghak seray membujuk pembubaran pasukan Donghak.Pada waktu itu, paukan Donghak meminta hal antara lain pengambilan tindakan tegas terhadap pejabat, orang kaya dan bangsawan yang tidak fair, penghapusan sistem status sosial, pencabutan hutang baik resmi maupun pribadi, pemilikan tanah secara seimbang dan pengusiran terhadap kekuatan Jepang.Dalam proses pencapaian perjanjian antara pemerintah dengan jon Bong jun untuk menuntaskan pemberontakan pasukan Donghak, Qing, dan Jepang mengirim pasukan masing-masing untuk melancarkan intervensi, mengakibatkan perang antara Qing dan Jepang.Sekitar 200ribu pasukan Donghak yang dipimpin langsung komandan Jon Bong Jun mengadakan puluhan kali perang dengan pasukan Jepang, Tapi akhirnya pasukan Donghak mengalami kekalahan. 6. Reformasi Politik dan Sosial Jepang yang mengirimkan pasukannya ke Chosun dengan dalih penyerahan bantuan militer terhadap geraan donghak, mendesak pembaharuan politik dan ekonomi intern Chosun seperti halnya di Jepang dalam rangka memudahkan invasi mereka terhadap semenanjung Korea.Di dalam pembaharuan sistem politik, pemerintah melaksanakan pemisahan urusan istana dengan urusan pemerintahan, penghapusan ujianpegawai sipil, pemisahan hak yudikatif dan pembaharuan sistem pemerintahan daerah.Seragkaian kebijakan reformasi pemerintahan mengadung bernagai unsur positifuntu mewujudkan ketertiban politik, sosial dan ekonomi secara modern.Meskipun menghadapi tekanan dari Jepang pemerintahan Chosun giat mengaktifkan kebijaksanaan reformasi antara lain pengunaan penanggalan matahari, pelaksanaan vaksinasi, pembukaan sistem pos,pemakaian tahun kerajaan dan pengumuman pemotongan rambut panjang bagi kaum pria.Bangkitnya pasukan antiimperialisme jepang ini mencerminkan suasana masyarakat Chosun pada waktu itu. 7. Komite kemerdekaan dan gerakan mandiri Aibat intervensi imperialisme Jepang dalam urusan kerajaan Chosun , Raja Kojong untuk sementara mengungsi ke konsulat jendral Rusia dan membentuk kabinet baru dan raja melancarkan ferakan anti Jepang dan pro Rusia.Suasana dalam negeri seruap mengakibatkan gerakan masyarakat antara lain kemerdekaan mandiri,semangat berdiri sendiri di atas kaki sendiri dan demokrasi.Serangkaian kegiatan komite kemerdekaan memberikan pengaruh besar baik terhadap pemerintah maupan masyarakat. Menanggapi tuntutan komite kemerdekaan menghadapi kegagalan, namun berhsil emenymbangkan pengertian masyarakat umum terhadap semangat modernisasi. 8. Pendirian Daehanjeguk dan ebijaksanaan kekuasaan sendiri Setelah mengungsi selama setahun di konsulat Jendral Rusia, Raja Konjong pulang kembali ke istan Kyongun (Istana Doksu sekarang) sesuai dengan tuntutan komite kemerdekaan dan Masyarakat pada umumnya dan mengumumkan kedaulatan negara dan menetapkan nama negar secara resmi . Setelah itu kerajaan Chosun melancarkan beberapa kebijaksanaan refoemasi di bawah semboyan peningkatan kekuatan nasional.Pemerintahan daehanjeguk mengumumkan undang-undang dasar yan terdiri dari mukadilmah, dan 9 pasal di mana menetapkan ketidakterbatasan kekuatan raja antara lain hak pimpinan negara, hak legislatif, hak eksekutif dan hak diplomatik.selaain itu juga giat menstabilkan kondisi keuangaan negara dan kehidupan masyarakat. Serbuan ekonomis oleh negara adi kuasa dan gerakan penahanan hak menentukan nasib sendiri 1. Pencapaian dan usaha perbaikan bagi perjanjian tak seimbang Beberpa perjanjian antara kerajaan Chosun dan Jepang yang dicapai sejak tahun 1876 mengandung sebagian pasal yang tak seimbang, Chosun membuka tiga buah pelabuhan termasuk Busan, mengizinkan pembangunan perumahan bagi rakyat jepang setempat, membebaskan kegiatan transaksi dagang oleh jepang dan membolehkan hak yudikatif konsuler jepang terhadap tindakan krminal orang jepang.barang-barang dagang antara Chosun dan Jepang bebas di pungut bea masuk dan pedagang jepang dapat melakukan jual beli di pelabuhan terbuka di Chosun dengan mata uang Jepang.perjanjian tersebut memberikan pngaruh negatif terhadap percapaian perjanjian Chosun dengan negara-negara lain termasuk AS, Qing, Jerman, Inggris dan prancis.pemerintah berusaha untuk memperbaiki perjanjian bebas pemungutan bea masuk dengan jepang.namun perjanjian tersebut tetap kurang sem purna karena jepang memegang hak Yudikatif. 2. Perdagangan embergo dan perampasan bahan pangan Negara-negara AdiKuasa Khususnya qing dan Jepang mulai melancarkan perdagangan rampasan dengan penggunaan perjanjian dengan kerajaan Chosun.Kaum pedagang Qing di bawah perlindungan Yashih kai menikmati keuntungan berlebihan melalui jual beli barang produksi .pada tahap permulaan kaum pedagang jepang menjual barang produksi inggris tapi makin lam makin menjual barang jepangberkat pertumbuhan industri dalan negeri jepang.meskipun kaum pedagang qing dan jepang saling bersaing untuk memperoleh hegemoni di pasaran dalam negeri Chosun.jumlah nilai ekspor impor kerajaaan chosun masin-masing 90 % dari 50 % tergantung pad pasaran jepang.Ekspor beras Vhosun dengan Harga paksa olek kaum pedagang jepang menimbulkan kerugian besar kaum petani dan buruh Chosun terutama beras.Pemerintah Chosun mencoba pemasukan pasal tentang pelaranga ekspor beras Chosun pada perjanjain dengan jepang. Dengan pelarangan ekspor bahan pangan tersebut baik kaum pedagang jepang maupun pemerintah jepang mendesak pemerintah mencbut pelarangan ekspor bahan pangan Chosun.Akibat desakan Jepang pemerintah Chosun terpaksa mencabut pelarangan ekspor bahan pangan dan membayar ganti rugi kepada kaum pedagang jepang. Refrensi Ministry of Education of Korea, Sejarah Korea, Seoul : Jung Moon Printing Co.,Ltd, 1995.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

PERANAN SYEH JANGKUNG DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI DAERAH PATI