Perlunya Pancasila Sebagai Dasar Dalam Pergaulan

KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah, serta inayahnya yang tercurah kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Perlunya Pancasila Sebagai Dasar Dalam Pergaulan” Sholawat dan salam tidak lupa saya tujukan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang senantiasa kita tunggu pertolongannya pada Yaumul Akhir. Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata kuliah Pancasila. Dengan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pancasila sebagai dasar dalam pergaulan, dan makalah ini saya susun berdasarkan berbagai literatur yang saya baca. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membantu penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kakurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu saya memohon masukan-masukan yang konstruktif demi perbaikan selanjutnya. Demikian yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf yang setulus-tulusnya. Semarang, 12 April 2019 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Era modern seperti saat ini banyak terjadi penyimpangan yang ditimbulkan dari sistem pergaulan. Hal ini disebabkan karena menipisnya moral Pancasila yang tertanam pada jati diri bangsa ini, seiring dengan berjalannya waktu. Kemajuan zaman yang meningkat harus diimbangi dengan moral Pancasila yang meningkat pula. Pemantapan Pancasila harus dijalankan dengan tegas dan teratur sesuai dengan norma yag berlaku serta dengan tujuan memperbaiki pergaulan dan etika bangsa ini. Dalam suatu pergaulan diperlukannya etika dalam menjalankannya. Kata Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani “ethos ” artinya kebiasaan, adat. Kata ethos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kecendrungan hati dengan mana seseorang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Latin istilah ethos dan ethikos itu disebutkan dengan kata mos dan mo-ralitas. Oleh sebab itu kata “etika”sering dikaitkan dengan kata “moral ”. Dalam bahasa Indonesia kata etika berarti kesusilaan, Kesusilaan ini mau menerangkan dan menunjukkan bahwa arti kata “su” itu baik, bagus. Jadi kesusilaan itu berkaitan dengan yang baik, bagus. Mempelajari Pancasila lebih dalam dapat menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk mewujudkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi serta bermoral. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspirasi positif terhadap kedudukan pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dengan cara menampilkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan nilai dan budaya pancasila. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pancasila sebagai ideologi. 2. Apa peranan pancasila di dalam pergaulan C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Mengetahui Pancasila sebagai ideologi 2. Mengetahui peranan Pancasila dalam pergaulan BAB II PEMBAHASAN Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sila adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, adil dan beradab kemanusiaan, persatuan Indonesia, demokrasi, yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ideologi berasal dari kata yang berarti cita-cita IDEO, ide, memahami konsep dasar, cita-cita. dan logi berarti: pengetahuan, ilmu pengetahuan dan pemahaman. Dalam istilah sehari-hari, artinya disamakan ide dengan “cita-cita”. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang masih ingin dicapai. Hubungan manusia dan cita-cita disebut ideologi. Ideologi berisi seperangkat nilai-nilai, di mana nilai-nilai adalah cita-cita atau tugas manusia dan bertindak untuk mencapai nilai-nilai ini. Ideologi yang awalnya berisi satu set ide-ide dan cita-cita berevolusi menngenai luas menetapkan nilai-nilai atau ide yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi garis hidup. Dalam suatu pergaulan diperlukannya etika dalam menjalankannya. Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari halhal tindakan yang buruk. Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti nilai baik dan buruk, nilai susila atau tidak susila, nilai kesopanan, kerendahan hati dan sebagainya. A. Pancasila sebagai Ideologi Ideologi berasal dari bahasa Inggris idea yang artinya gagasan, kata kerja Yunani oida yang artinya melihat dengan budi. Dan kata logi yang sebenarnya logos yang berarti pengetahuan. Jadi secara sederhana ideologi adalah kumpulan gagasan, ide, dan keyakinan yang sistematis yang menyangkutbidang kehidupan manusia. Dalam perkembangannya ideologi dikemukakan oleh beberapa ahli, pengertian ideologi pada awalnya dikemukakan oleh Destutt de tracy seorang dari Prancis pada tahun 1796. Menurutnya ideologi adalah science of ideas. Karakteristik ideologi pancasila adalah sebagai berikut: 1) Ketuhanan yang Maha Esa, berarti pengakuan Indonesia atas eksistensi tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya 2) Penghargaan kepada sesama umat manusia suku bangsa dan bahasanya 3) Bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan Indonesia. Dalam kerukunan inilah tercipta keadilan dan ketentraman 4) Kehidupan kita dalam masyrakat dan kenegaraan berdasarkan sistem demokrasi. Hal ini sesuai sila keempat dalam Pancasila 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan dan kemakmuran adalah cita-cita setiap bangsa hal ini juga tercermin dari nilai-nilai pancasila. Ideologi selain memiliki aspek mengenai cita-cita, pemikiran, serta nilai-nilai yang dianggap baik juga harus memiliki norma yang jelas karena sebauah ideologi harus mampu direalisasikan di dalam kehidupan praktis yang merupakan bukti konkret. Sikap positif terhadap Pancasila adalah nilai yang harus kita tanamkan dan terapkan sebagai warga negara Indonesia. Jika tidak, niscaya kemiskinan karakter di Indonesia semakin merajalela. Pancasila bukan hanya sebagai ideologi semata, melainkan pedoman hidup yang menjadi inspirasi kita untuk bersikap positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. B. Peranan Pancasila Dalam Pergaulan Etika Pancasila adalah etika yang mengacu dan bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Pancasila juga dapat diwujudkan ke dalam norma-norma moral dimana norma tersebut dijadikan pedoman untuk bersikap dan bertingkah laku. Norma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku telah berhasil dituangkan dalam filosofi Pancasila. Namun, apa yang terjadi pada saat ini? Kebanyakan orang tidak menjadikan Pancasila sebagai bentuk dasar pergaulannya. Akan tetapi merka lebih mengutamakan gengsi sebagai tolok ukur dalam bergaul. Umumnya mereka merasa malu apabila mereka dikatakan anak mami. Anak mami disini diartikan sebagai anak yang manja pada kedua orangtuanya dan tidak mengikuti tren model masa kini. Pergaulan pada saat ini menjadi sangat riskan dan berbahaya. Banyak anak negeri yang terjerumus kedalam sisi gelap dalam pergaulan. Terutama mereka yang kurang kasih sayang dari orang tua sehingga mereka mencari ketenangan dan kasih sayang dari orang lain. Pencarian teman inilah yang sangat berbahaya, apabila mereka salah memilih teman maka mereka bisa ikut menjadi salah salah satu dari mereka. Banyak pergaulan sekarang yang menyimpang dari nilai-nilai luhur Pancasila, padahal dalam isi Pancasila sendiri telah terdapat pedoman dalam kita bergaul dan berperilaku. Hal ini dikarenakan terdapat lima karakteristik generasi muda yang mempengaruhi pergaulannya. Pertama, generasi muda kerap kali memiliki mental yang tidak berorientasi pada mutu. Kecenderungan tersebut diperkuat dengan keinginan untuk mencoba sesuatu tanpa berupaya untuk mendapatkan hasil yang setimpal dengan aktivitas yang dilakukan. Karakteristik ini menggejala pada hampir semua generasi muda. Mentalitas ini secara umum membentuk karakteristik generasi muda yang sekedar menampilkan figur keberanian semata tanpa memperhitungkan akibatnya. Kedua, generasi muda cenderung memiliki karakteristik suka menerabas, hantam kromo, dan cenderung berani tanpa memperhitungkan baik dan buruknya. Karakteristik ini bersesuaian dengan sikap berani yang cenderung mengarah pada kenekatan. Meski begitu, secara positif, sikap ini memberikan kekuatan mentalitas bagi generasi muda untuk mengambil posisi memimpin dalam situasi yang secara normal sulit dilakukan oleh masyarakat umum. Sehingga tak heran apabila mentalitas suka menerabas ini menganjurkan generasi muda sebagai agen perubahan (agent of change), karena proses perubahan harus diawali sikap menolak situasi yang ada, dan generasi muda menjadi figur terdepan dari perubahan kearah yang lebih baik tersebut. Ketiga, karena secara psikologis masih labil, generasi muda cenderung memiliki karakter yang tidak percaya diri, mudah putus asa, minder dan cenderung berupaya menghindari masalah, karena adanya perasaan bahwa dirinya tidak akan mampu mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut. Di sisi lain sikap tersebut juga mengancam eksistensi kepemimpinan generasi muda karena karakterstik tersebut. Keempat, generasi muda juga cenderung kurang memiliki sikap disiplin, sulit di atur dan cenderung anti kemapanan. Karakteristik ini menjadi basis bagi generasi muda untuk menampilkan eksistensinya dan melawan atau setidaknya tidak mengikuti aturan yang ada, sebagai bagian dari bentuk protes atau sekedar menarik perhatian bahwa yang bersangkut aneksis. Karakteristik yang kelima ditegaskan dengan kurangnya generasi muda pada tanggung jawab yang diembannya. Pada konteks tertentu, sikap ini diikuti oleh aktifitas negatif. Namun di sisi lain tidak sedikit ekses dari sikap kurang bertanggung jawab ini berbuah positif. Disini Pancasila sebagai ideologi Negara dan sebagai landasan dalam bergaul perlu lebih ditingkatkan dengan sikap patriotisme yang tinggi bagi setiap generasi muda di Indonesia. Kebebasan Hak Asasi Manusia (HAM) bukan menjadi penghalang untuk kita tetap bernaung pada Pancasila. Sikap toleransi harus dijadikan latar belakang dalam bergaul. Melalui pendidikan diharapkan mampu menumbuhkan sifat yakin dalam kehidupan bernegara dengan menjunjung falsafah Pancasila agar visi berbangsa dan bernegara terarah sesuai dengan cita-cita bangsa dan menjadikan generasi muda sebagai gerbang emas untuk mencapai cita-cita tersebut. Upaya pembendungan bentuk radikalisme antar agama hendaknya diminimalisir karena, sikap tersebut dapat menjadikan momok yang menjerumuskan generasi muda pada sutuasi yang keluar dari konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Lembaga Pembinaan Masyarakat (LPM) khususnya dalam bidang yang menjalani tentang permasalahan pada generasi muda diharapkan mampu sebagai sarana untuk penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kegiatannya. Juga perlunya peningkatan ketaqwaan dan keimanan melalui pendidikan agama dan keagamaan baik disekolah maupun lingkungan masyarakat. Pembinaan kehidupan keluarga yang harmonis juga menjadi salah satu peran penting untuk mencegah permasalahan pada generasi muda serta pengetahuan sedini mungkin terhadap anak tentang nilai-nilai Pancasila. Masyarakat Indonesia seakan terlena dengan demokrasi yang saat ini digembar-gemborkan. Akibatnya, banyak perilaku dan sikap dari pergaulan mereka yang menyimpang terutama menyalahi landasan negara kita yaitu Pancasila. Sikap gengsi yang berlebihan merubah pola hidup bahakan pola pikir mereka menjadi seorang yang egois. Egois dalam arti mulai melupakan nilai-nilai luhur Pancasila terutama dalam hal pergaulannya. Menurut pendapat saya penanaman nilai dan etika pergaulan yang berlandaskan pada Pancasila seharusnya ditanamkan sejak kecil. Oleh karena itu, pada saat menjelang remaja anak tidak lagi terombang-ambing oleh derasnya globalisasi dan kebebasan berdemokrasi. Pemerintah berperan dalam hal pengawasan. Perlu ditingkakan lagi bentuk pengawasan yang dilakukan pemerintah, karena pada saat ini permerintah lemah dalam melaksanakan perannya. Pihak berwajib hendaknya bersikap tegas terhadap remaja yang telah melanggar etika dan nilai-nilai. Sebagai remaja kita juga harus mendukung LPM yang berada di tengah-tengah masyarakat khususnya yang menangani tentang sikap dan perilaku remaja agar sikap dan tindakan para remaja lebih terkendali dan dapat menjadi penerus bangsa Indonesia di masa akan datang. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pancasila adalah dasar negara. Benar dan penting adalah jika nilai-nilai dari Pancasila dari sila satu sampai sila ke lima, Ketuhanan yang Maha Esa, adil dan beradab kemanusiaan, persatuan Indonesia, demokrasi, yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diterapkan dalam pergaulan sehari-hari. Ada saat-saat dimana seorang individu akan lupa soal Pancasila, tapi tanpa sadar pula seorang individu akan menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila, apabila individu itu sudah semenjak dini sudah di ajarkan mengenai pentingya Pancasila sebagai dasar dalam pergaulan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui, bahwa pancasila merupakan sebagai dasar dari masyarakat Indonesia. Pancasila juga sebagai ideologi negara yang terbentuk norma untuk mengatur bangsa ini sehingga menjadi dasar pendoman hidup berbangsa dan negara. Pergaulan dalam sehari-hari harus juga diiringi pancasila supaya tidak hilang karena berubahan zaman terus terjadi. DAFTAR PUSTAKA Margono (Ed). 2012. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan Kebangsaan. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM PRESS) Immanuel. Materi 44 : Etika Pergaulan. http://immanueldepok.info/index.php/info-tentang-pembinaan-katekisasi-gpib/kapita-selekta/311-materi-44-etika-pergaulan . (diakses 12 April 2019) http://hukum.kompasiana.com/2013/03/06/pancasila-sebagai-pandangan-hidup-bangsa-indonesia-539744.html (diakses 12 April 2019)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naturalisme, Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme

HISTORIOAGRAFI EROPA PADA ABAD PERTENGAHAN

PERANAN SYEH JANGKUNG DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI DAERAH PATI